Mendengar itu, Umar lantas menengadahkan tangan ke langit. “Ya Allah, jadikanlah mereka mencintaiku dan aku mencintai mereka.”
Lelaki itu kemudian bercerita, “Belum sampai Umar menurunkan tangannya, aku tidak menemukan orang lain di muka bumi yang lebih aku cintai daripada Umar.”
Ibnu Qutaibah juga menuturkan kisah lainnya. Sewaktu mendengar Abu Bakar sakit, penduduk Syam khawatir ia akan wafat dan kemudian khalifah dipegang oleh Umar. Ketika Umar benar-benar menjadi khalifah, mereka pun mengutus perwakilan untuk datang ke Madinah.
“Bagaimana kabar penduduk Syam?” tanya Umar kepada utusan tersebut.
“Mereka sehat dan shalih. Namun mereka tidak menyukaimu pemerintahmu. Dan mereka takut syirik. Karenanya mereka mengutus kami untuk melihatmu apakah engkau sosok yang manis atau pahit.”
Umar bin Khattab menengadahkan tangannya ke langit seraya berdoa: “Ya Allah, jadikanlah mereka mencintaiku dan aku mencintai mereka.”
Usai doa itu, penduduk Syam mencintai Umar. Bahkan seluruh jazirah Arab mencintainya sehingga ia memerintah selama 10 tahun tanpa gejolak internal.
Wahai para pemimpin hari ini, sudahkah Anda berdoa saat ada orang-orang yang tidak menyukai Anda?
Wahai para guru, sudahkah kita berdoa saat ada murid yang tidak menyukai kita?
Wahai para ayah, sudahkah kita berdoa saat anak-anak kurang mencintai dan kurang dekat dengan kita?
Wahai para suami, sudahkah kita berdoa saat istri tidak menyukai beberapa hal dalam diri kita?
Semoga kisah Umar bin Khattab ini menjadi ibrah dan membawa hikmah bagi kita. Bahwa doa adalah bagian dari solusi. Bahkan ia adalah solusi utama sebab pada hakikatnya kita tidak mampu mengubah hati. Yang bisa mengubah dan membolak-balikkannya adalah Allah. Maka berdoalah kepadaNya.(kl/kh)