Setelah dipilih Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu menggantikan beliau sebagai khalifah kedua, mayoritas umat sami’na wa atha’na membaiat Umar.
Namun, ada sejumlah pihak yang tidak menyukainya terutama karena takut Umar akan otoriter dan bertangan besi.
Suatu hari saat duduk di kursi khalifah di dalam masjid, seseorang datang menghampiri.
“Wahai Amirul Mukminin, bolehkah aku mendekat padamu? Aku ada keperluan?” kata lelaki itu seperti dikutip Ibnu Qutaibah.
“Tidak,” jawab Umar. Mungkin waktu itu ia tengah memikirkan perkara yang serius atau sedang bertafakur.
“Kalau begitu akau akan pergi dan Allah akan membuatku tak lagi butuh padamu.”
Sebelum lelaki itu pergi, Umar memanggilnya. “Apa keperluanmu?”
“Orang-orang membencimu. Mereka tak menyukaimu,” rupanya ia hendak melaporkan hal itu.
“Mengapa mereka membenciku?”
“Karena mulut dan tongkatmu.”