“Dzikir apa yang engkau ucapkan?” tanya Imam Ahmad.
“Saya membiasakan mengucap istighfar, Syaikh.”
“Masya Allah.. sudah berapa lama?”
“Cukup lama. Sejak saya berjualan roti, 30 tahun yang lalu”
“Lalu apa yang engkau dapatkan dengan istighfar itu?”
“Alhamdulillah semua doaku dikabulkan Allah. Kecuali satu yang belum.”
“Apa itu?”
“Saya minta kepada Allah dipertemukan dengan Imam Ahmad. Sampai sekarang belum terkabul.”
“Allaahu akbar. Doamu terkabul sekarang, saudaraku. Akulah Ahmad bin Hanbal. Mungkin karena istighfarmu itulah tiba-tiba aku ingin pergi ke Bashrah. Lalu aku diusir dari masjid hingga didorong-dorong. Untuk dipertemukan denganmu.”
Penjual roti itu terkejut. Ternyata tamunya adalah Imam Ahmad. Ia pun memuji Allah yang telah mengabulkan doa terakhirnya.
Masya Allah… demikian dahsyatnya istighfar. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabulkan seluruh doa penjual roti yang telah membiasakan memperbanyak istighfar selama 30 tahun itu. [Muchlisin BK/Kisahikmah]