Alhasil, beliau pun pulang dan berniat shalat di rumah.
Sebagai salah satu ijtihadnya berdasarkan hadits keutamaan shalat berjamaah yang bernilai dua puluh tujuh derajat, Imam Ubaidillah pun melakukan shalat ‘Isya di rumahnya sebanyak dua puluh tujuh kali.
Kelar shalat, beliau tertidur. Di dalam tidurnya, beliau bermimpi. Mimpi inilah yang seharusnya membuat kita tercengang jika masih meremehkan shalat berjamaah di masjid bersama imam.
Di mimpinya, beliau tengah berlomba. Memacu kuda. Beberapa orang dikenali di dalam mimpi itu. Rupanya, kuda mereka melaju lebih kencang. Beliau pun memacu tunggangannya sekuat tenaga. Agar bisa menyusul kuda lainnya.
Lama. Tapi nihil. Kudanya tak bisa mengungguli kuda lain. Beliau tertinggal. Kudanya lambat.
Tak lama kemudian, datanglah seseorang seraya berkata, “Jangan dipaksa. Kau tidak akan bisa mengejar kami.”
Tanya sang Imam, “Memangnya kenapa?”
“Karena,” jawab sosok itu, “kami mendirikan shalat ‘Isya berjamaah.”
Ya Allah, kuatkan kami untuk senantiasa taat di jalan-Mu. Aamiin.
Wallahu a’lam [Pirman/Kisahikmah]