Dan kala itu satu-satunya barang yang paling Yeni sayang dan dijaga adalah ponsel pemberian adiknya yang sudah lebih dulu mendahuluinya menikah. Untuk mengikhlaskan benda kesayangnnya itu, ia harus bergulat dengan hatinya.
Pada akhirnya, Yeni pun mengikhlaskan ponsel kesayangannya itu. Yakni dengan memberikannya kepada saudaranya yang kebetulan sedang membutuhkan benda tersebut. Setelah berhasil melawan rasa tidak ikhlasnya, ia pun menjadi semakin enteng bersedekah, menyisihkan sebagian uang misalnya.
Setelah satu tahun lamanya, Yeni pun semakin giat beribadah, hingga pada suatu waktu, ia dikenalkan dengan seorang laki-laki paruh baya bernama Zainuddin. Dan tiba-tiba, ia pun langsung jatuh kepada seseorang yang baru dikenalnya ini.
“Entah kenapa, hati saya langsung mantap. Mungkin jodoh kali, ya?” ujarnya.
Hingga akhirnya Zainuddin pun menyatakan bahwa ia ingin serius dengan Yeni. Menjalin hubungan lebih dekat dan jauh lagi. Namun perjalan hubungan asmaranya ini tidak mudah. Keluarga Yeni menentang karena laki-laki yang dicintainya tersebut pernah gagal berumah-tangga.
Yeni pun tetap bersikukuh yakin bahwa Zainuddin adalah jodohnya yang dinanti selama ini. Hingga akhirnya mereka direstui dan menikah pada 12 April 2008 lalu.
Ujian belum selesai, sebab setelah hubungan pernikahan berjalan sudah cukup lama Yeni belum juga dikarunai anak. Suaminya khawatir, mengingat usia Zainuddin memang sudah tidak muda lagi. Tiba-tiba seorang temannya memberi saran, supaya ia (red. Yeni dan Zainuddin) bernadzar supaya segera diberi momongan.
“Apa salahnya dicoba, toh tidak melanggar ajaran agama,” kata Yeni kepada suaminya. Akhirnya mereka bernadzar sesuatu yang luar biasa.
Benar saja, dua bulan setelah nazarnya ini, rahim Yeni mulai ada tanda-tanda kehamilan. Sampai anak putra pertamanya yang diberi naman Michael Gabriel Hussain ini lahir, pasangan suami istri ini malaksanakan nadzar.
Tak sampai di situ, keluarga kecil itu terus melakukan sedekah tanpa henti, menyisikan sebagian harta. (Okz)