Eramuslim.com – Hasan Al Basri adalah tabiin yang alim. Imam Adz Dzahabi menyebutnya sebagai pelopor di bidang hadits dan tafsir. Ia juga ahli fiqih ternama.
“Al Hasan termasuk orang yang paling tahu tentang halal dan haram,” kata Qatadah.
Saat usianya sudah tua, ada fitnah yang terjadi di negeri kaum muslimin. Salah satu penguasa yang menjabat Menteri Pertahanan Bani Umayyah saat itu adalah Hajjaj bin Yusuf Ats Tsaqafi. Ia dikenal sebagai tokoh kontroversial. Dialah yang bertanggung jawab atas kematian ribuan jiwa.
Kezalimannya diakui mayoritas orang. Namun karena takut, banyak orang yang justru memuji dan mendukungnya. Bahkan ada orang yang disebut ulama turut bergabung dalam gerbong kekuasaannya.
Hasan Al Basri berbeda. Bersama sejumlah ulama yang lurus, ia mengambil jalan oposisi. Bagaimana caranya?
Ulama yang dikenal kewara’annya ini melarang kaum muslimin bergabung menjadi pasukan Hajjaj bin Yusuf Ats Tsaqafi. Ia melihat Hajjaj adalah fitnah bagi kaum muslimin. Karenanya ia mengingatkan mereka (agar tidak bergabung dengan ‘gerbong’ Hajjaj, apakah menjadi pasukannya atau pegawainya atau orang yang bekerja di dalam lingkup atau di bawah kekuasaannya, red).
Tidak Memberontak
Hasan Al Basri juga mengingatkan pemerintahan Hajjaj agar kembali ke jalan yang lurus. Berbuat adil dan tidak bertindak zalim. Pendek kata, ia beroposisi dengan amar ma’ruf nahi munkar. Namun ia tetap bersabar tidak mendukung perbuatan makar.
Kezaliman Al Asy’at membuat sebagian orang tidak mampu bersabar. Mereka memberontak dan menyerang Al Hajjaj.