“Berarti nanti saldo masjid jadi nol, Ustadz.”
“Nggak apa-apa. Nanti saya sampaikan ke jamaah.”
Benar. Saldo Masjid jadi nol.
“Bapak-bapak dan ibu-ibu, kemarin kas Masjid kita Rp 40 juta. Lalu ada Pak Fulan yang sakit dan harus dioperasi, masjid mengeluarkan seluruh kas untuk membantunya. Jadi sekarang saldo Masjid nol,” Ustadz Jazir menyampaikan ke jamaah masjid.
Respon Jamaah Masjid Jogokariyan
Tak disangka, sejumlah jamaah justru antusias untuk berinfaq. Mereka mendukung program masjid membantu orang miskin. Mereka paham masjid butuh operasional. Namun sebenarnya yang dibutuhkan masjid bukan hanya operasional untuk perawatan namun juga bagaimana masjid menjadi solusi umat.
Kas masjid pun kembali banyak. Bahkan lebih banyak dari saldo awal. DKM kemudian membahas program-program baru khususnya untuk membantu warga tidak mampu. Sehingga hampir tiap bulan, diusahakan saldo masjid menjadi nol atau mendekati nol.
“Bukan berarti kas dihabiskan, tetapi digunakan untuk membantu warga yang membutuhkan. Jangan ada saldo mengendap banyak, namun harus termanfaatkan untuk proyek-proyek kebaikan,” tandas Ustadz Jazir.
Maka Masjid Jogokariyan pun bisa memfasilitasi pemuda yang ingin membuka usaha. Diberikan bantuan modal. Bahkan Masjid Jogokariyan juga menggunakan kas untuk dipinjam ibu-ibu yang belum punya rumah. Tiap bulan, ia mengangsur ke masjid. Setelah lunas, ia sangat semangat untuk berinfaq. “Daripada saya pakai ngontrak seperti dulu, Ustadz. Ini saya infakkan.” Masya Allah.. Allaahu akbar.
Kisah inspirasi dari Masjid Jogokariyan untuk melayani jamaah dan membantu warga tidak mampu ini perlu dicontoh masjid-masjid lain. Jika selama ini banyak warga tidak bersemangat infaq ke masjid karena kasnya banyak dan hanya untuk membangun fisik masjid padahal masjidnya tidak makmur, semoga terjadi perubahan. Kepercayaan masyarakat ke masjid meningkat. Semangat infaq kaum muslimin meningkat. Dan masjid menjadi solusi serta harapan umat. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]