Terkait kandungannya, selain soalan sirah, hukum-hukum fiqih terkait sembelihan, dan lain sebagainya, masalah tauhid juga menjadi sentral pembahasan. Masih menurut Amru Khalid, soalan tauhid dan larangan berlaku syirik disebutkan sebanyak 49 kali atau 30% dari keseluruhan 165 ayatnya.
Amru Khalid melanjutkan uraiannya dengan mengatakan, “Betapa agungnya malam kedatangan para malaikat yang mengembangkan sayapnya ketika mengiringi turunnya ayat al-Qur’an yang mulia ini.”
Turunnya malaikat inilah yang menjadi salah satu alasan agar kita senantiasa mendalami kandungan maknanya. “Hal itulah,” lanjut salah satu penulis produktif asal Mesir ini, “yang memberikan naungan halus dan menjadikan kita senantiasa mencari dan mendalami kandungan surat dan tujuannya.”
Di antara bagian penting yang lainnya di dalam surat ini, ialah anjuran agar kita menyelaraskan makna iman yang sebenarnya. Ialah yakin di dalam hati yang diikuti dengan ucapan lisan, lalu diterjemahkan dalam perbuatan saban hari. “Iman,” tutur Amru Khalid, “tidak dapat dipisahkan; harus ditanamkan di dalam sanubari dan direalisasikan dalam amal perbuatan. Secara bersamaan.”
Ya Allah, rahmatilah kami dengan al-Qur’an. Jadikan al-Qur’an sebagai imam, cahaya, petunjuk, dan rahmat bagi kami. Ya Allah, ingatkan kami kepada al-Qur’an saat terlupa. Dan, ajarkan ilmu kepada kami saat kami bodoh. Ya Allah, jadikanlah al-Qur’an sebagai sahabat kami di dunia ini. [Pirman/Kisahikmah]