Misalnya, mereka yang dikaruniai banyak uang, namun salah memanfaatkan. Ketika masalah datang, dan itu berkaitan dengan hukum, maka yang ia lakukan adalah memberikan sogokan kepada hakim yang tangani perkaranya. Anggapannya, masalah akan kelar seketika setelah uang tersebut dimanfaatkan oleh si hakim dan keluarganya.
Ada lagi oknum yang saking banyaknya karunia harta kepada mereka, ketika ditimpa masalah dan ia berupaya melupakannya, yang ditempuh adalah jalan-jalan keliling dunia dengan anggaran ratusan juta hingga milyaran rupiah. Mirisnya, ia hanya menginap di satu hotel menuju hotel lainnya, ditemani wanita bukan muhrim, dan yang dilakukan hanya minum-minuman keras disertai tontonan dan permainan maksiat lainnya.
Yang lebih rendahan derajat ekonominya, lain lagi jalan yang ditempuh. Saat hadapi masalah hidup, mereka memilih berkumpul dengan teman-temannya, di pinggir jalan, sambil main musik yang mengganggu sekitar, kemudian menenggak minuman keras murahan yang dioplos dengan obat serangga.
Masih banyak lagi contoh lain yang sejenis. Banyak derivasinya, tapi yang paling pasti: mereka hanya melupakan dan menambah masalah, bukan menyelesaikannya.
Lantas, apa yang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam lakukan saat ditimpa masalah hidup? Mari simak penuturan Ibnu Katsir dalam tafsirnya.
“Jika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam ditimpa masalah”, tutur Hudzaifah bin Yaman sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Dawud, “Maka (beliau) segera mendirikan shalat.”
Itulah yang dilakukan Nabi. Dan, selaras dengan firman-Nya, “Mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat.” Jadi, saat masalah datang, shalatlah. Sebab Dia akan membantu siapa saja yang memohon pertolongan padanya. [Pirman/kisahikmah]