Apa kesamaan nikmat dunia dengan air hujan? Pimpinan Majelis Taklim dan Dzikir Baitul Muhibbin, Habib Abdurrahman Asad Al-Habsyi menguraikannya.
Air hujan itu sendiri sebenarnya salah satu sumber nikmat dunia, tanpa air hujan, makhluk tak dapat hidup, baik manusia, hewan dan tumbuhan. Kedua, sebagaimana halnya air hujan, nikmat dunia juga tdk bisa kita tampung secara berlebih-lebihan, melainkan harus dialirkan.
Jika saluran tersumbat, maka debit air hujan yang berlebihan akan berakibat banjir yang justru menyebabkan malapetaka. “Makanya Allah SWT dalam Alquran membahas saluran nikmat tersebut jauh lebih banyak dibanding membahas tentang sholat atau ibadah badaniah, antara lain dengan berzakat, infaq, sedekah, wakaf, hibah, hadiah, santunan anak yatim dan lainnya,” katanya.
Ketiga, nikmat dunia datangnya dari Allah, tidak ada yang mampu merekayasanya. Manusia hanya mampu berusaha, namun hasilnya tetap Allah yang menentukan.
“Sama halnya hujan, hanya Allah yang berwenang menurunkannya,” katanya.
Keempat, seluruh penghuni bumi membutuhkan hujan, tanpa hujan mereka akan mengalami masa yang sulit, begitu juga nikmat dunia, semua makhluk membutuhkan karunia Allah, tanpa kemurahan dari Allah, mereka akan merasakan kesulitan.
Kelima, jika datang kepadamu nikmat, segera pikirkan salurannya, sebelum debitnya bisa menenggelamkan dirimu dan rumahmu. Begitu juga saat datang nikmat, segera keluarkan zakatnya, salurkan kepada mereka berhak. Jika berlebihan bisa mencelakakanmu.
Dalam Surat At-Taubah 34 Allah berfirman:
(وَٱلَّذِینَ یَكۡنِزُونَ ٱلذَّهَبَ وَٱلۡفِضَّةَ وَلَا یُنفِقُونَهَا فِی سَبِیلِ ٱللَّهِ فَبَشِّرۡهُم بِعَذَابٍ أَلِیمࣲ)
Artinya:” Dan orang-orang yang menyimpan (menampung) emas dan perak, dan tidak menginfakkannya (mengalirkannya) di jalan Allah, maka beri kabar kepada mereka dengan azab yang pedih.”
Rasulullah SAW bersabda. “Milikilah dunia sekadarnya, jangan ambil melainkan sedikit saja, siapa yang mengambilnya sedikit maka akan mencukupinya, bagi yang mengambilnya banyak akan menguasainya.” (rol)