Bagi mereka siapalah Musa, selain kriminil yang pernah melarikan diri ke luar Mesir dan sekembalinya tidak akan membuat manfaat apa pun bagi Fir’aun dan rakyat Bani Israel, selain hanya akan membuat kegaduhan saja. (Baca Juga: Kisah Nabi Musa dan Kebinasaan Firaun)
Bahkan, sebagian elit para penguasa menyatakan banyak sekali opini serta narasi yang merendahkan Musa, sebagaimana ucapan mereka yang diabadikan oleh Al-Qur’an:
إِنَّ هَٰٓؤُلَآءِ لَشِرْذِمَةٌ قَلِيلُونَ
Fir’aun berkata: “Sesungguhnya mereka (Bani Israil) itu benar-benar golongan kecil (lagi hina)”. [QS. Asyura 54]
“Sesungguhnya Bani Israil yang lari bersama Musa hanyalah golongan manusia yang hina lagi kecil jumlahnya. Dan sesungguhnya mereka telah memenuhi hati kita dengan kemurkaan, lantaran mereka menyelisihi keyakinan kita, dan pergi tanpa seizin kami. Dan sesungguhnya kami adalah golongan yang terjaga dan siap menghadapi mereka.”
Tetapi faktanya, ternyata tidak demikian. Tak dinyana, perindu dan pendukung Musa sangat membludak di luar dugaan pihak penguasa.
Pahit melihat kenyaatan yang ada, mereka geram. Namun, ternyata itu bukan akhir dari episode panjang, melainkan barulah episode sejarah yang baru akan dimulai.
Akhirnya, kecaman, tudingan, fitnahan, kemarahan, pun mulai diarahkan, bukan saja pada sosok Nabi Musa semata yang dianggap seorang mantan kriminal yang membawa segudang permasalahan dan pemicu kegaduhan, tetapi juga pada para pendukungnya.
Begitulah Al-Qur’an bertutur tentang sejarah, bukan semata cerita masa lalu. Bahkan sejarah masa lalu bisa saja berulang di masa sekarang. Semoga Kisah Nabi Musa dan Fir’aun ini menjadi hikmah dan iktibar bagi kita. Aamiin.[]
Penlis: Ustadz Miftah El-Banjary (Pengkaji Egyptology, Sejarah dan Tafsir Al-Qur’an)
(sdo)