Kemudian Rasulullah datang dan melihat kedua cucunya sudah rapi mengenakan pakaian baru yang indah. Dengan senang Rasulullah menggendong keduanya dan menciumi mereka dengan penuh cinta dan kasih sayang.
Lalu Rasulullah bertanya kepada Sayyidah Fatimah, “Apakah engkau melihat sang tukang jahit tersebut?” Sayyidah Fatimah menjawab, “Iya, aku melihatnya.”
Lalu Rasulullah menjelaskan, “Duhai putriku, dia bukanlah tukang jahit, melainkan Malaikat Ridwan sang penjaga surga.”
Dari kisah ini, kita mendapat pelajaran berharga bahwa betapa keluarga seorang Rasul pilihan terbaik di muka bumi sekalipun, masih sulit merasakan kebahagiaan berlebaran dengan pakaian serba baru.
Sekiranya Rasulullah berdoa meminta kekayaan, Malaikat Jibril pun menawarkan gunung Uhud menjadi emas, namun Rasulullah menolaknya. Beliau lebih memilih zuhud di dunia bagi dirinya dan keluarganya, sebab beliau mengetahui bahwa kehidupan di dunia kenikmatannya hanya bersifat sementara. Sementara kehidupan akhirat lebih kekal abadi selamanya.
Semoga kita tidak terlalu bersedih hanya lantaran tidak memiliki sesuatu yang bisa dikenakan baru di hari lebaran. Sebab hari raya yang sesungguhnya, bukanlah pakaian yang serba baru, melainkan kembalinya pada fitrah atau kesucian diri hakiki.[Sindonews]
Penulis: Ust. Miftah el-Banjary (Pakar Ilmu Linguistik Arab & Tafsir Alquran, Lulusan Institute of Arab Studies Cairo-Mesir)