Dalam riwayat yang disampaikan oleh Imam an-Nasa’i ini, Nabi Musa As memohon kepada Allah Ta’ala selepas mendapatkan ajaran tentang kalimat dzikir yang mulia itu. Pinta Nabi Musa As, “Ya Allah, setiap kali mengucapkan dzikir ini, berikanlah aku pahala yang istimewa.”
Maka Allah Ta’ala mengatakan dalam firman-Nya sebagaimana disebutkan dalam hadits Qudsi dari Abu Sa’id al-Khudri ini, “Wahai Musa, seandainya tujuh lapis bumi beserta isinya digabungkan dengan tujuh lapis langit dengan seluruh semestanya dan diletakkan di sebelah timbangan kalimat Laa ilaha illallah, niscaya kalimat itu lebih berat, melebihi semua itu.”
Itulah kalimat thayyibah yang memiliki keutamaan tak terbanding. Kalimat yang disebutkan dalam hadits lain, jika diucapkan dengan ikhlas, kemudian pelakunya mati, maka ia berhak atas surga-Nya Allah Ta’ala.
Dalam riwayat lainnya oleh Imam Thabrani dan Baihaqi disebutkan kisah tentang sesosok jasad. Malaikat memeriksa seluruh anggota tubuh jasad itu, tetapi tak ditemukan satu pun kebajikan di dalamnya. Maka sang malaikat melanjutkan pemeriksaan ke dalam hatinya, hasilnya sama: tak terdapat kebajikan di dalamnya. Kemudian malaikat memeriksa mulutnya. Di rongga mulut terdapatlah lidah yang menempel ke langit-langit mulut dalam keadaan mengucap Laa ilaha illallah. Maka disebutkan, “Diampuni segala dosanya karena adanya kalimat yang ikhlas itu.” [Pirman/kisahikmah]