Eramuslim.com – Allahu goyatuna (Allah tujuan kami), Muhammad qudwatuna (Muhammad tauladan kami), Al Quran dusturuna (Al Qur’an penuntun kami), Jihad sabiluna (Jihad jalan kami), Syahid asma ’amalina(Syahid cita kami tertinggi).
Itu adalah lima semboyan kaum muslimin yang perlu kita segarkan kembali. Banyak orang yang ragu-ragu atau tidak berani mengaplikasikannya terutama untuk dua point terakhir. Hanya menjadi muslim yang duduk, bukan menjadi muslim pejuang.
Ada seorang akh yang punya cita-cita seperti Khalid bin Walid. Dia ingin jika suatu saat nanti Allah memanggilnya, dia tidak sedang berada di atas tempat tidur atau di rumah sakit karena sakit, tetapi ketika sedang menjalankan amanah dakwah. Beranikah kita bercita-cita seperti itu? Tentu saja cita-cita butuh usaha biar ga sekedar mimpi…
Banyak orang yang memandang hidup ini sebuah perjalanan. Manusia-manusia yang berada di dalamnya adalah musafir. Ia hanya sebentar saja melewati fase dunia ini. Kepentingannya yang utama adalah mengumpulkan perbekalan untuk memudahkan perjalanan selanjutnya yang lebih panjang dan melelahkan. Demikian pula Islam memandang kehidupan. Dan Allah menegaskan perbekalan yang paling baik disiapkan adalah ketakwaan (QS. 2: 197). Pelaksanaan kelima semboyan tersebut menjadi parameter ketaqwaan seorang hamba. Kita pasti meyakini Allah sebagai Rabb. Kita tentu bersaksi Muhammad teladan kita. Kita jelas mengakui Al-Qur’an pedoman hidup kita. Namun apakah kita sudah menjadikan jihad sebagai komitmen harian kita dan syahid sebagai cita-cita tertinggi kita.