“Pada hari kiamat akan dihadirkan penghuni neraka yang paling bahagia semasa di dunia lalu coba dimasukkan ke dalam neraka dan ditanyakan kepadanya, ‘Wahai Ibnu Adam, bukankah engkau hanya melihat kebaikan? Bukankah hanya kenikmatan yang engkau rasakan?’ Dia menjawab, ‘Wahai Rabb, demi Allah, tidak pernah.’”
Maka dari itu, tetaplah takut kepada Allah. Takut melanggengkan dosa, terlebih dosa besar, takut meninggal dalam kemaksiatan, dan seterusnya. Sebab, dosa walaupun kecil—tetapi bila dilakukan dengan kesombongan—bisa mengundang murka Allah dan mengeluarkan pelakunya dari barisan umat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang luput mendapatkan syafaatnya.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memiliki 3 syafa’at, yaitu:
1. Syafa’at al-‘udzma, yaitu syafa’at yang terjadi di padang mahsyar
2. Syafa’at untuk penghuni surga untuk bisa memasukinya.
3. Syafa’at bagi orang yang dihukum untuk masuk neraka, namun tidak jadi masuk ke dalamnya. Juga syafa’at bagi orang yang telah masuk ke dalam neraka untuk keluar dari neraka.
Syafa’at al-udzma tidak dimiliki oleh seorang nabi pun selain Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan ini merupakan syafa’at yang paling besar. Para ulama sepakat menyebut syafa’at al-udzma ini adalah syafaat paling agung. Disebut paling agung karena meliputi seluruh makhluk mulai dari generasi pertama hingga generasi terakhir. Tak terkecuali orang-orang kufur dan ingkar kepada Allah. Berkat syafa’at itu mereka pun lekas dihisab. Beliau telah menggambarkan dengan jelas bagaimana beratnya penderitaan umat manusia mencari-cari yang bisa menyelamatkan dirinya dari kegetiran hari kiamat, sebagaimana ringkasan hadis shahih panjang berikut ini:
Dikumpulkanlah seluruh manusia dalam sebuah pelataran luas, mulai manusia pertama hingga yang terakhir. Mereka terdengar oleh siapa pun yang memanggil dan terlihat oleh siapa pun yang memandang. Matahari begitu dekat hingga mereka tak sanggup lagi menanggung penderitaan dan kepedihan.