“Imran dan Hanna tak sekadar mencukupkan harapan pada sebuah doa yang dibangun ketika bayinya baru lahir dengan cita-cita yang tinggi. Namun, keduanya kompak menyiapkan tempat terbaik, bagaimana Hanna bisa menyiapkan anak perempuannya Maryam agar terkonsentrasi, bisa mendekat kepada Allah dengan cita-cita yang telah disepakati dengan suami yang sangat dicintai. Mihrab menjadi tempat pilihan,” kata Ustaz Adi Hidayat dalam kajian daring dengan tema “Cara Mendidik Anak, Inspirasi Keluarga Imran” beberapa hari lalu.
Tak berhenti di situ, Ustaz Adi mengatakan untuk mewujudkan generasi yang mulia, Imran dan Hanna pun memilih pembimbing yang pintar, bijak, dan saleh bagi putrinya itu. Imran dan Hanna meminta Nabi Zakaria agar membimbing Maryam menjadi manusia yang dekat dengan Allah.
Ikhtiar yang dilakukan Imran dan Hanna dari fase perencanaan, memohon, memberi nama terbaik, menyiapkan tempat yang se suai, dan memilihkan pembimbing yang te pat akhrinya memperoleh keridhaan Allah.
Ustaz Adi menjelaskan, Allah menerima ikhtiar Imran dan Hanna dengan memberi perhatian, mencukupi kebutuhan, membimbing, dan memberikan penjagaan dalam kehidupan Maryam.
“Maryam bukan nabi bukan rasul, Imran bukan nabi bukan rasul, pun demikian Hanna. Keluarga ini manusia seperti kita, namun mendapatkan keistimewaan dari Allah karena mereka membangun tarbiyah usariyah, tarbiyah keluarga yang bercita-cita mendekatkan diri pada Allah,” kata Ustaz Adi Hidayat.
Menurut Ustadz Adi, dalam kisah keluarga Imran yang dapat ditemukan dalam surat Al Imran dari ayat 33-37 itu seolah memberikan pesan bagi setiap orang tua untuk menyiapkan generasi terbaik dengan perencanaan sejak dini.
Mengambil pelajaran dari Imran dan Hanna, Ustaz Adi mengajak agar setiap orang tua mulai membangun cita-cita mulia terhadap anak-anaknya, bahkan ketika seorang istri belum mengandung. Setelah itu, Ustaz Adi menjelaskan orang tua pun harus memberikan nama terbaik. Akan lebih baik bila memberikan nama pada anak sesuai dengan apa yang dicita-citakan orang tuanya.