Lantaran malas, rezeki pun tidak sampai kepadanya, lalu berada dalam kemiskinan yang berakhir dengan kekufuran. Dalam berumah tangga, minimnya rezeki bisa berakibat pada perceraian yang merupakan salah satu proyek utama iblis dan seluruh tentaranya.
Buruk Sangka kepada Allah Ta’ala
Berburuk sangka kepada Allah Ta’ala dalam kaitannya rezeki adalah perasaan putus asa. Pesimis. Tiadanya keyakinan akan kepastian rezeki dari Allah Ta’ala. Sedikitnya kepercayaan bahwa Dia menjamin rezeki bagi seluruh hamba-Nya.
Termasuk dalam berburuk sangka adalah mencurigai bahwa Allah Ta’ala tidak adik. Padahal, Dia Mahasuci dengan segala ucapan dan tindakan-Nya. Dengan anggapan ini, seorang hamba akan bertindak putus asa. Padahal, tidaklah seseorang berputus asa, melainkan dirinya akan digolongkan ke dalam kelompok kafir, yang ingkar kepada Allah Ta’ala.
“Sesungguhnya tidak berputuasa asa dari rahmat Allah, kecuali orang yang kafir.” (Qs. Yusuf [12]: 87)
Ketika seseorang telah memutus harapan dari Yang Mahakuasa, semangatnya pun akan melemah. Hilanglah semua motivasi positif dari dalam dirinya. Yang tersisa hanyalah buruk sangka, menyalahkan banyak pihak di luar dirinya, dan enggan melakukan muhasabah.
Sifat putus asa akan kian berbahaya jika terjadi terus menerus. Pada akhirnya, orang yang berputus asa akan bersikap kafir dan mengkhianati seluruh aturan yang disyariatkan oleh Allah Ta’ala.