Kedua, manusia yang pada kondisi tertentu ingat pada kematian, tapi pada banyak kondisi lainnya lalai dan lupa. Saat berada di tempat pemakaman, hatinya tersentuh. Namun, sesaat setelah keluar darinya, ingatan dan perhatian terhadap dunia lebih dominan.
Demikian pula saat menjenguk saudara di rumah sakit dan mendengar ceramah agama. Ingat mati hanya mampir sebentar dalam benak dan jiwa, lalu segera pergi dan sirna.
Ketiga, manusia yang banyak mengingat mati. Aktivitas kehidupan dunia yang dijalani tidak membuatnya lalai dari mengingat mati. Betapapun kondisi dan nikmat yang didapat, ia tetap ingat mati. Tipe ketiga inilah yang diinginkan oleh Nabi SAW.
Menurut Syekh Abu Ali ad-Daqqaq, orang yang banyak mengingat mati, Allah akan menganugerahkan kepadanya tiga hal: Pertama, bersegera dalam bertobat. Ia tidak akan menunda-nuda tobat. Ia akan mengevaluasi diri, menyesali dosa-dosa yang pernah dilakukan, dan meminta ampunan-Nya.
Bahkan, ia segera mengembalikan hak orang yang pernah dirampas dan meminta maaf atas segala kezaliman yang pernah diperbuat. Inilah jalan pertama menuju kesuksesan. Nabi SAW bersabda, “Orang yang bertobat dari dosa adalah seperti orang yang tidak berdosa.” (HR Ibnu Majah dan Thabrani).
Kedua, sikap qanaah. Yaitu menerima semua pemberian dan karunia Allah dengan ridha. Hatinya lapang dan tenang. Pasalnya, ia menyadari hakikat dan nilai kehidupan dunia yang bersifat fana dan sementara.
Ketiga, semangat dalam beribadah. Orang yang banyak mengingat mati akan lebih semangat dalam beribadah. Ibadah dalam pengertian luas. Tidak terbatas pada shalat, puasa, dan ibadah mahdah lainnya. Namun, berupa ketundukan dan kepatuhan atas semua tuntunan-Nya.