Eramuslim – Suatu ketika di golongan Bani Israil ada orang alim yang tinggi ilmu agamanya sedang berada dalam keputusasaan. Penyebabnya karena istrinya yang dia cinta meninggal dunia tanpa sebab.
Namun, berkat kehendak Allah, orang alim yang sejak meninggal istrinya hanya berdiam di dalam rumah itu sadar. Ia sadar setelah seorang wanita dhaif memberikan perumpamaan dia telah larut dalam kesedihan yang membuat keimanannya kepada Allah rusak.
Padahal berlebih cinta selain kepada Allah dan Rasulnya adalah sebuah kesesatan yang nyata. Karena seharusnya hanya Allah dan Rasulnya yang mesti kita cintai secara berlebihan.
Kisah ini diambil dari hadits yang diriwayatkan oleh Malik dalam Muwatthanya Jamikul Ushul, bab berharap pahala dari musibah. Tentang kisah ini Syaikh Syuaib Al-Arnauth mengatakan bahwa “Sanad kepada kepada Muhammad bin Kaab Al-Qurazhi adalah shahih”.
Setelah beberapa hari istri yang amat dicintai dan dikaguminya meninggal, banyak perubahan dari orang alim dari golongan Bani Israil itu. Setiap hari dia menutup diri, menghindar dari setiap orang yang hendak menemuinya. Mulai sejak itulah orang-orang yang biasa bersama dalam suatu majelis tidak menemuinya lagi.
Perubahan drastis seorang guru alim yang sangat disegani itu terdengar sampai ke kampung lain. Semua orang yang mendengar perubahan sang guru itu menyayangkan kenapa mesti larut dalam kesedihan hanya karena ditinggal seorang istri.