Ketika panas terik membakar bumi, ia juga tidak pernah mengeluh, tidak marah-marah dan protes atas nasibnya yang harus selalu di terpa panasnya cuaca dan sinar matahari, tanpa bisa menghindar atau setidaknya pindah sesaat hingga mendung datang. Ketika di ludahi, dikencingi, dan di paku-paku kulitnya oleh orang-orang yang iseng, ia tidak pernah balik meludahi, tidak mengajak berkelahi, dan tidak pernah menuntut akan harga dirinya.
Ketika malam datang, ia tidak khawatir oleh keadaan yang sendirian, tidak minta tukar nasib, tidak sedih karna gelapnya malam dan terjauh dari sinar cahaya, tidak takut pada mahluk lainnya. Ketika ia di kerubuti pasukan serangga yang menjarah dirinya, malah ia sediakan buahnya dan ia korbankan dirinya bahkan mesti harus lapuk dan mati.
Ketika ia diganggu, dilempari batu, ia tidak menangis apalagi mengumpat, malah ia berikan buahnya kepada orang-orang yang melemparinya. Dalam keadaan demikian dan terus menerus berulang pada hari-harinya, ia terus menjalani kehidupannya dengan sabar dan ikhlas. Tidak pula ia pertanyakan batas waktu sampai kapan semua akan berakhir. Begitulah kuat dan tabahnya sebatang pohon dalam menjalani hari-harinya.
Kebungkaman dan kediamannya bukan karna ia lemah dan penakut, melainkan karna ia mengerti akan tugas dan fungsinya selama berada di dunia ini. Dan tentunya masih banyak lagi sikap positif dari sebatang pohon yang dapat kita rangkaian dalam kata-kata selain dari yang ada pada tulisan ini.
Hikmah dari kekuatan kesabaran yang di miliki oleh pohon tersebut adalah wujud dari kepasrahan dan keikhlasannya kepada sang pencipta. Ikhlas menjalani tugas dan fungsinya, semata-mata karna mencintai dan mewujudkan penghambaannya kepada sang pencipta.
Manusia, jika mampu bersabar dan ikhlas pada setiap apa yang menimpanya, tentulah tidak ada celah duka dan nestapa yang masuk ke dalam hatinya. Tidak ada marah dan kecewa yang mengganggu ketenangan jiwanya. Tidak ada mengumpat dan memaki dalam pikirannya. Dan tidak pula ia menuntut terlalu banyak dalam kehidupannya.
Keikhlasan dan kepasrahan dalam menjalani apa saja yang menimpanya dalam kehidupan ini pasti akan terasa ringan olehnya. Dadanya menjadi lapang, batinnya tabah, jiwanya menjadi tenang, karna mengerti akan tugas dan fungsinya berada dalam kehidupan ini. Sehingga akhirnya ia dapat mengerti hakikat hidup di dunia ini adalah cobaan demi cobaan.
“Dialah yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya,…” (QS. AL-MULK:2).
Semoga sedikit demi sedikit kita dapat menjalani sikap sabar dari sebatang pohon, hari demi hari kita tambahkan lagi kepahaman kita akan hakikat cobaan dan ujian yang menerpa hari-hari kita. Sehingga kita mengerti akan hidup ini dan dapat merasakan manisnya sikap ikhlas. Insyallah…….. []
by: Echiey Hisaan, Pekanbaru Pengelola Rumah Tahfidz dan Aktivis