Eramuslim – PADA bagian akhir Surat Al Radu ayat 23, Allah SWT menceritakan ada hamba-hambaNya yang beruntung di hari kiamat nanti memperoleh anugerah masuk surga beserta orangtua, istri, keluarga dan keturunannya.
Alquran melukiskannya dengan indah sebagai sebuah reuni di hari akhirat; sebuah reuni keluarga, dengan generasi sebelum dan sesudahnya. Pertemuan dengan abaaihim, wa azwaajihim, wa dzurriyatihim..
Siapakah mereka yang beruntung itu, yang disapa malaikat dengan Salaamun alaikum bimaa shabartum fanima uqbad-dar. Selamat bagi kalian semua, lantaran kesabaran kalian? Dalam surat itu disebutkan mereka adalah orang-orang yang di dunia senang menyambungkan silaturahim.
Karena di dunia senang menyambungkan tali kekeluargaan, maka Allah sambungkan tali kekeluargaan mereka nanti di akhirat. Alquran bahkan menyebutkan, silaturahim merupakan perintah kedua setelah takwa, sebagaimana surat An Nisa ayat 1, Dan bertakwalah kamu kepada Allah, yang dengan namaNya kamu saling memohon, dan peliharalah silaturahim.
Kita pun tahu, perintah silaturahim tak hanya ditujukan kepada makhluk-makhluk di alam nasut (fisik), tetapi juga kepada makhluk-makhluk di alam ruh, alam malakut. Itulah silaturahmi yang hakiki, silaturahmi di antara ruh kita dengan ruh kaum mukmin. Karena itulah, dalam tahajud pun kita dianjurkan untuk memohonkan ampunan bagi diri sendiri, orang tua, keluarga serta empatpuluh nama orang yang kita kenal. Itu tak lain untuk menyambungkan silaturahim ruhaniah diantara kita. (inilah)