Suatu hari datanglah seseorang kepada Rasulullah Saw. Orang tersebut melempar tanya, “Ya Rasulullah,” katanya memulai, “kapankah Hari Kiamat tiba?” Tak berikan jawaban, Rasulullah Saw justru balik bertanya, “Apa yang sudah kamu siapkan untuk menghadapinya?” Meski merasa tak memiliki apa pun sebagai persiapan, lelaki itu menjawab, “Tidak ada.” Kecuali, lanjutnya, “Bahwa aku mencintai Allah Swt dan Rasul-Nya.”
Mendengar jawaban sang lelaki, Utusan Allah Swt yang palng mulia ini menjawab sebagaimana diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim, “Engkau akan bersama dengan siapa yang engkau cintai.”
Selepas mendengar hadits ini, kemudian mengatakan bahwa ia tidak akan menukarnya dengan bumi berisi sepenuh emas sekalipun, anak Malik bin Nadhr ini melanjutkan tafsirannya, “Karena ibadahku, shalatku, puasaku, sedekahku, manasikku, jihadku, dan seluruh amalku,” katanya, “tidak ada seujung kuku jika dibandingkan dengan amalan Abu Bakar ash-Shidiq dan Umar bin Khaththab,” apalagi, lanjutnya, “jika dibandingkan dengan amalan Rasulullah Saw.”
Tanpa berpanjang kalam, mari berkaca dalam-dalam. Sungguh mustahil bagi kita untuk menyaingi mereka dalam kualitas dan kuantitas amal. Amat tak mungkin bagi diri-meski telah lakukan semuanya-untuk bersanding dengan mereka.
Tetapi, selayak gembiranya Anas bin Malik, kita juga amat patut bergembira. Sebab, kata Anas lagi, “Tetapi sungguh,” ujarnya mantap, “Aku sangat mencintai mereka.”
Cinta. Itulah kuncinya. Mencintai mereka dengan tulus dan mengerahkan seluruh kemampuan untuk meneladaninya. Semoga Allah Swt mengumpulkan kita dengan mereka; orang-orang mulia yang kita cintai: Rasulullah Saw dan sahabat-sahabatnya. [Pirman]