Hadits agung ini memiliki derajat shahih dan dimasukkan oleh Imam Muslim Rahimahullahu Ta’ala dalam kitab Shahih-nya. Nabi mengatakan ungkapan mulia ini tatkala sahabat mulia Hanzhalah bin Rabi’ dan Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq mendatanginya untuk mengeluhkan perasaannya.
Keduanya merasa telah menjadi munafiq karena melupakan akhirat dan lalai dari berdzikir saat jauh dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam. Padahal ketika berada di majlis Rasulullah, mereka amat mudah menangis, seakan-akan melihat surga dan takut tidak dimasukkan ke dalamnya serta seperti melihat neraka dan berharap penuh agar dijauhkan darinya sejauh-jauhnya.
Lantas keluhan dua sahabat agung ini dijawab dengan sangat menyejukkan dan manusiawi oleh Nabi Shallallahhu ‘Alaihi Wa sallam. Bahwa yang mereka alami adalah manusiawi, tapi ada ganjaran agung jika mereka bisa senantiasa berada dalam suasana khusyuk dan takut kepada Allah Ta’ala di setiap kondisi.
Dalam Syarah Shahih Muslim sebagaimana dikutip oleh Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah saat menjelaskan Risalah al-Mustarsyidin, Imam an-Nawawi menjelaskan, hadits menunjukkan keutamaan dzikir kepada Allah Ta’ala, memikirkan akhirat, dan merasa diawasi oleh-Nya. Di dalamnya juga terdapat penjelasan dibolehkannya tidak melakukan tiga hal itu pada waktu tertentu, juga bolehnya sibuk dengan urusan dunia.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]