Eramuslim – Umat Muslim mengerahkan kemampuan untuk meneliti penyebab epilepsi serta diagnosisnya secara tepat. Studi ilmiah tentang epilepsi pertama kali dila – ku kan oleh ilmuwan Yunani, Hipocrates. Ia berhasil mengidentifikasi penyakit ayan ini sebagai masalah pada otak.
Risalah medis dari Hipocrates lantas diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab, lalu menjadi rujukan pengembangan kajian kedokteran di dunia Islam. Para dokter Muslim lantas membangun penelitian medis yang lebih maju untuk mengurai hal ihwal epilepsi.
Lebih dari seribu tahun lampau, ilmuwan dan dokter Muslim berhasil menyusun sejumlah teks dan risalah penting terkait epilepsi. Mereka berkiprah di pusat-pusat ilmu, seperti Baghdad, Kairo, dan Kordoba. Ibnu Sina (980-1037) memelopori kajian tentang epilepsi.
Ia mengategorikan epilepsi dalam unsur neuropsikiatri. Menurut Syed Wasim dan Hasan Aziz, Ibnu Sina pula yang pertama kali memakai kata ‘epilepsi’ di bidang kedokteran. Kata itu terdapat dalam mahakarya berjudul al-Qanun fi at-Thibb atau Kanun Kedokteran.
Ibnu Sina mengutip dari kata Latin, epilepsia, yang berarti ‘serangan dari luar.’ Ini salah satu kontribusi berharga dari umat Muslim di ranah medis dunia. Istilah itu lantas digunakan secara luas di Eropa hingga berabad-abad kemudian. Para sejarawan sains tak hanya mengagumi, tapi juga membandingkan karya dan pemikiran Ibnu Sina dan Hipocrates.
Kedua ilmuwan legendaris itu diketahui tetap memasukkan persepsi publik terkait aspek supranatural seputar epilepsi. Menurut tokoh bernama lengkap Abu Ali al Husayn ibn Abd Allah ibn Sina itu, epilepsi terjadi karena adanya gangguan pada saraf otak. “Gejala epilepsi bisa berupa kejang-kejang hingga hilang kesadaran,” kata Ibnu Sina yang punya nama Latin, Avicenna.
Ibnu Sina membahas secara perinci segala hal tentang epilepsi. Mulai dari jenis, gejala, juga efek yang ditimbulkan. Ia menulis berbagai resep obat, yang terdiri atas bahan herbal dan kimia, bagi penyembuhan epilepsi. Selain itu, Ibnu Sina menyarankan terapi kejiwaan bagi pasien penyakit ini.
Kanun Kedokteran juga membahas penyakit neuropsikiatri lain, seperti halusinasi, mimpi buruk, melankolia, demensia, paralisis, darah tinggi, vertigo, serta tremor. Kontribusi penting turut disumbangkan para ahli kedokteran asal Persia yang berhasil merintis metode penyembuhan epilepsi. (rol)