Eramuslim – Suatu hari, seorang laki-laki datang menemui Rasulullah SAW untuk menyatakan keislamannya. Setelah mengucapkan dua kalimat syahadat kemudian bertanya, “Wahai Rasulullah, sebenarnya aku adalah orang yang banyak melakukan perbuatan dosa dan merasa sangat sulit untuk meninggalkannya.”
Rasulullah SAW menjawab, “Maukah kamu berjanji kepadaku untuk jujur dan tidak berbohong?”
“Ya, aku berjanji,” jawab orang itu, kemudian berpamitan untuk pulang ke rumah.
Di tengah perjalanan dia berpikir, “Kalau hanya jujur dan tidak berbohong, itu mudah sekali dan bisa kulakukan.”
Setiap kali hendak berbuat dosa, orang itu ingat pesan Rasulullah SAW dan hati kecilnya berbisik, “Kalau aku berbohong kepada Rasulullah bahwa aku tidak melakukan perbuatan dosa, berarti aku telah mengkhianati janjiku. Sebaliknya, jika aku jujur telah melakukan perbuatan dosa, berarti aku akan menerima hukuman karena dosaku.”
Demikian penggalan kisah tentang Rasulullah SAW yang memberikan nasihat dengan bijak, yaitu untuk jujur dan tidak berbohong sehingga menghalangi perbuatan dosa. Sikap jujur diwujudkan dengan berkata dan berbuat benar sesuai yang ada dalam pikiran. Jadi, ada tiga hal yang berkaitan dengan jujur, yaitu pikiran, perkataan, dan perbuatan.
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar.” (QS at-Taubah [9]: 119).
Berikut adalah tafsir Ibnu Katsir untuk ayat tersebut, “Jujurlah kalian dan tetaplah kalian pada kejujuran, niscaya kalian akan termasuk orang-orang yang jujur dan selamat dari kebinasaan serta menjadikan bagi jalan keluar dari urusan kalian.”