Eramuslim.com – Ketika kaum muslimin menaati perintah Allah Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, Allah Ta’ala memberikan kemenangan dalam Perang Badar; meski secara fisik tidak ada alasan untuk menang, baik secara jumlah maupun kecanggihan alat perang.
Sebaliknya, dalam Perang Uhud, ketika sebagian kaum muslimin menyelisihi perintah Allah Ta’ala dengan tidak menaati perkataan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, Dia memberikan kekalahan, meskipun di dalamnya juga terdapat hikmah yang amat banyak dan melimpah.
Di antara serangan psikologis yang dilancarkan oleh kaum kafir Makkah dalam Perang Uhud adalah hembusan kabar bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan empat sahabat utama telah meninggal dunia.
Alhasil, sebagian kaum muslimin mengalami keguncangan jiwa berupa kelemahan dan keraguan dalam dirinya. Padahal, sebagaimana disebutkan dalam riwayat Shahih yang dikutip oleh Imam Ibnu Katsir, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dilindungi oleh tujuh sahabat Anshar dan dua sahabat Muhajirin di sekeliling beliau.
Ketika itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Siapa yang menghalau mereka dari kami, maka baginya surga, atau ia akan menjadi temanku di surga.” Maka majulah salah satu sahabat Anshar menyerang musuh hingga gugur sebagai syuhada’ dan kelak mendapatkan jaminan atas janji Nabi yang mulia.
Hal lain yang menjadi salah satu catatan penting dalam Perang Uhud adalah dua sosok di sebelah kanan dan kiri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Pasalnya, para sahabat tak mengenali sosok tersebut. Lantas, siapakah keduanya?