Kemudian iblis berpaling sambil berkata. “Celaka setelah mengetahui sesuatu yang aku jadikan manusia.”
Dialog antara Musa dan Iblis ini diceritakan Imam Al-Ghazali dalam Ikhtisar Ihya Ulumiddin tentang cara meredam syahwat kemaluan. Ghazali mengatakan terkadang urusan ini berakhir dengan pemilik syahwat kemaluan merindukan tempat tertentu dimana dia tidak mau melampiaskan syahwatnya kecuali di sana.
“Perbuatan ini lebih rendah daripada binatang dan amat tercela. Selamanya berlebih-lebihan adalah perbuatan tercela,” katanya.
Berlebih-lebihan disini dalam artian dominasi syahwat sudah sampai di luar batas rasional. Tetapi menghilangkan syahwat secara total seperti orang impoten juga tercela, maka yang paling baik adalah pertengahan.
Setiap kali syahwat kemaluan melewati batas, maka redamlah dengan lapar (puasa) atau menikah Rasulullah bersabda. “Wahai para pemuda, menikahlah. Barangsiapa tidak mau menikah, maka dia harus berpuasa karena puasa akan menjadi perisai pelindungnya.” (rol)