Eramuslim.com – Lelah yang saya rasakan saat sibuk beraktivitas, luruh seketika saat bertemu anak-anak. Baik anak-anak saya, atau anak-anak tetangga yang sebulan terakhir ini rutin mengunjungi kontrakan kami, sebakda shalat Maghrib hingga adzan Isya’ berkumandang merdu, dilantunkan oleh Kong Majid yang sepekan ini libur karena menderita sakit.
Dari anak-anak itu, saya belajar banyak hal. Bahkan, mutiara-mutiara yang berasal dari mereka tidak saya jumpai saat bertemu dengan orang-orang yang telah hidup lebih lama dari mereka. Jika mereka yang telah lebih lama hidup sering merawa dewasa, padahal kekanak-kanakan; anak-anak polos ini justru bersikap dewasa dalam usia anak-anak mereka.
Saat bersama anak-anak, kondisi paling ideal yang harus kita upayakan adalah posisi nol. Tidak ada muatan. Hanya dengan demikian, kita bisa menyerap apa yang dipancarkan oleh wawasan dan ruhani mereka. Sebab, mereka ini tulus. Apa yang berasal dari hati mereka hanya bisa diterima oleh hati pula, bukan dengan logika apalagi emosi.
Namun, kita juga harus waspada. Dari kepolosan mereka itu, seringkali muncul soalan-soalan aneh, sukar, unik, dan kriteria lain yang sama sekali tidak pernah dipikirkan oleh orang yang lebih tua secara umur.