Buat warga Jakarta dan sekitar Jawa Barat, kebun binatang Ragunan mungkin bukan tempat yang asing. Di situlah warga bisa berwisata sambil mengenalkan keluarga dengan hewan-hewan langka. Bisa dibilang, Ragunan adalah tempat wisata yang murah meriah.
Di dalam lokasi Ragunan, pengunjung akan sering bertemu dengan para penjaja tikar. Usia mereka beragam. Ada yang masih anak-anak, tidak sedikit yang sudah lanjut usia. Inilah di antara mereka.
Nama ibu?
Saniah
Anak berapa?
Delapan, meninggal tiga.
Anak-anak masih sekolah?
Sudah pada lulus SMK.
Sudah berapa lama ibu berprofesi penyewaan tikar?
Sudah lama sekali. Kira-kira, sepuluh tahun lebih.
Penyewaannya tiap hari?
Nggak. Cuma Sabtu ama Minggu.
Kenapa hanya Sabtu Minggu?
Kalau hari biasa sepi.
Berapa jam ibu di sini?
Dari jam sembilan sampai jam empat sore.
Berapa penghasilan ibu per hari?
Nggak tentu. Kadang tiga puluh ribu, kadang cuma sepuluh ribu. (harga sewa per tikar lima ribu rupiah)
Apa karena banyak saingan ibu?
Iya. Soalnya di Ragunan ini sudah ada tiga ratus orang yang menyewakan tikar. Itu yang resmi. Kalau yang nggak resmi mungkin lebih banyak.
Resmi?
Semua penyewaan tikar di sini mesti punya kartu anggota. Kartu diperpanjang setiap lima tahun sekali.
Berapa biaya ngurus kartu anggota?
Lima ribu.
Apa ada biaya lain buat pengurus Ragunan?
Nggak ada.
Suami ibu kerja di mana?
Suami saya sudah meninggal. Dulunya kerja di Ragunan.
Asli ibu di mana?
Saya asli Betawi.
Rumah ibu?
Di belakang Ragunan. Saya ke sini jalan kaki.