Eramuslim.com – Dari sekian banyak orang yang beramal, amat sedikit yang bisa menghadirkan keikhlasan di dalam dirinya. Ada yang berhasil ikhlas di awal, tapi rusak saat beramal. Sebagian lainnya belum ikhlas saat beramal, berupaya sungguh-sungguh, dan ikhlas saat beramal. Tapi, ikhlasnya kabur setelah amal usai. Begitu seterusnya.
Membincang ikhlas, sejatinya memang sangat sukar. Selain urusan hati, ikhlas menjadi langka karena janji balasannya pun amat melimpah. Orang-orang yang ikhlas akan ditempatkan bersama para Nabi, orang-orang shalih, dan orang-orang jujur dalam kedudukan yang tinggi si surga-Nya kelak.
Soal ikhlas ini, sejatinya sudah selesai dibahas. Akan tetapi, kitalah yang tak boleh merasa cukup sebelum ajal benar-benar menjemput. Apalagi manusia akan dinilai berdasarkan kondisi akhir hidupnya. Sehingga, tak ada satu pun di antara kita yang boleh merasa puas, apalagi berbangga diri.
Datanglah seorang laki-laki shalih kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ia melaporkan tiga orang temannya yang ikut berjihad. Kepada Nabi, laki-laki ini menuturkan, “Orang pertama berjihad karena miskin. Ia ingin mendapatkan harta rampasan perang sehingga dapurnya bisa terus mengepul.”