“Sesugguhnya,” Nabi mengatakan sebagaimana diriwayatkan Imam al-Bukhari, “di Madinah terdapat kaum yang tidak menempuh perjalanan, dan tidak melintasi suatu lembah. Tetapi, mereka bersama kalian.”
Tanya para sahabat, “Padahal mereka di Madinah, ya Rasulullah?” Jawab Nabi, “Ya, mereka terhalang udzur.”
Demikianlah kekuatan niat dan kesungguhan. Bahkan ketika fisik mereka tertahan dari sebuah amal shaleh yang nilainya paling tinggi dan merupakan puncak agama ini, pahala bagi mereka telah tertulis tunai dalam lembaran catatan amal kebaikan.
Sebaliknya, ada banyak sosok yang kehadirannya justru dianggap tidak ada sebab niatnya salah. Mereka melakukan sebuah amal shaleh dengan niat mendapatkan dunia-wanita, harta, jabatan, atau niat remeh lainnya. Sehingga, mereka hanya mendapatkan apa yang diniatkan, tanpa sedikit pun pahala di akhirat kelak.
Karena itu, niat menjadi amal yang amat penting. Ia harus lurus sejak sebelum melakukan sebuah amal. Kemudian senantiasa dirawat ketika dan sepanjang menjalankan amal tersebut. Hanya dengan niat yang benar dan cara yang benar pulalah amal seseorang akan ternilai sempurna dalam timbangan amal kebaikan.
Semoga Allah Ta’ala luruskan niat, mudahkan kita menjalankan sebuah amal, dan senantiasa membenarkan niat hanya karena Allah Ta’ala. Bukan karena selain-Nya. [Pirman/kisahikmah]