Itulah cerita kebenaran riwayat bahwa doa tersebut tidak akan ditolak oleh Allah SWT. Cerita ini sekaligus menggambarkan betapa para sahabat penuh perhatian dengan ajaran Rasulullah SAW. Bertahun-tahun sepeninggal beliau, Utsman ternyata masih terpikirkan akan sesuatu yang dianggap belum diketahuinya.
Kembali kepada doa nabi Yunus tadi. Doa tersebut memiliki tiga komponen utama.
Pertama, Laa ilaaha illa Anta. Sebuah ungkapan afirmasi akan kemaha tunggalan Allah SWT. Bahwa tiada “ilaah” yang berhak disembah kecuali Allah SWT. Ungkapan ini sekaligus menjadi catatan penting bahwa doa harus dilandasi oleh kemurnian tauhid.
Kedua, “Subhanak”. Sebuah ungkapan Yang hanya diperuntukkan bagi Allah SWT. Semua kata “Subhana” dalam Al-Quran berkaitan dengan Allah SWT. Karena memang ungkapan itu adalah pengakuan akan kesempurnaan Allah. Dan bahwa Allah itu jauh dari ketidak sempurnaan (kekurangan) apapun.
Ketiga, “inni kuntu minaz dzolimin”. Sebuah pengakuan bahwa selain Allah pasti ada kesalahan, keterbatasan dan khilaf. Seorang nabi Yunus saja begitu merendahkan diri dan mengakui kekurangan dirinya di hadapan Rabbnya.
Setelah menyampaikan ungkapan di atas Allah segera merespon: “fastajabnaa lahu”. Artinya Allah dengan segera, tidak melambatkan pengabulannya. Huruf “faa” (fa-istajabna) itu dikenal dalam kaidah Bahasa Arab dengan “faa al-fauriah” (huruf yang menandakan sesuatu yang bersifat segera atau instant).
Lalu pada ayat yang sama Allah juga menyampaikan tiga alasan utama Kenapa doa nabi Yunus dan orang-orang beriman dikabulkan dengan segera.
Pertama, “kaanuu yusaari’uuna fil khaeraat”. Bahwa mereka selalu bersegera dalam melakukan kebaikan-kebaikan. Ini mengajarkan kepada kita bahwa untuk doa dipercepat dalam pengabulan, harus diikuti dengan selalu bersegera dalam melakukan kebaikan-kebaikan.
Kedua, “wa yad’uunana raghaban wa rahaban”. Artinya bahwa dalam berdoa Yunus AS berada dalam keinginan yang sangat (arraghbu). Manis hati beliau untuk diperkenankan doanya oleh Allah SWT. Tapi di sisi lain beliau juga ada rasa waswas untuk tertolak, pertanda ketawadhuan kepada Allah SWT.
Ketiga, “wa kaanuu lanaa khasyi’iin”. Artinya bahwa keadaan merasa sangat dekat dan ingin di kabulkan, serta waswas akan penolakan, menjadikan beliau menumbuh suburkan rasa takut kepada Rabbnya.
Maka di tengah merebaknya wabah Covid 19 saat ini, terasa manusia berada dalam kegelapan di atas kegelapan. Betapa cepatnya penularan ini. Betapa banyaknya yang meninggal dunia. Ekonomi dunia ambruk. Betapa banyak Saudara-Saudara kita yang kehilangan sumber kehidupan.
Di saat-saat seperti inilah rasanya doa nabi Yunus ini sangat relevan untuk kita baca berulang-ulang. Minimal kita baca di setiap akhir sholat-Sholat lima waktu kita.
Semoga dengan doa yang memang dijamin pengabulannya oleh Rasulullah SAW ini menjadi penyebab untuk Allah menyelamatkan kita dari musibah wabah ini. Sebagaimana Allah telah nenyelamatkan nabi Yunus dari dahsyatnya samudra luas dan gelapnya perut ikan hiu di malam hari itu.
Bagi Allah tidak ada yang mustahil. Karena memang Dia Yang Maha kuasa atas segalanya. Amin!
Moodus, 8 April 2020
* Penulis: Shamsi Ali, Presiden Nusantara Foundation/Pesantren Nur Inka Nusantara Madani.(Jft/KUMPARAN.COM)