Eramuslim – Kritik mungkin menjadi hal yang sulit untuk dihadapi oleh setiap orang. Bahkan, tak terkecuali mereka yang memiliki sıfat rendah hati, terutama jika kritik terdengar tidak bijaksana.
Nabi Muhammad SAW menjadi teladan umat Islam dalam kemampuannya untuk menghadapi kritik dengan rendah hati. Hal ini pada akhirnya memberikan hasil yang positif.
Dilansir di About Islam, terdapat kisah suatu hari seorang rabi Yahudi, Zaid ibn Sun’ah datang menuntut pembayaran utang dari Nabi Muhammad SAW. Ia dengan kasar menarik jubah Rasulullah dari bahunya dan berkata kasar.
“Kamu, putra Abdul-Muthalib, membuang-buang waktu,” ujar Zaid saat itu.
Umar ibn Al-Khattab, salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang melihat kejadian ini marah. Ia kemudian mengatakan tidak seharusnya Zaid berkata seperti itu.
“Wahai musuh Allah SWT, apakah kamu berbicara dengan Rasulullah dan berperilaku seperti itu padanya? Jika bukan karena takut kehilangan surga, aku akan memenggalmu dengan pedangku!” kata Al-Khattab.
Namun, Nabi Muhammad SAW mengatakan Al-Khattab tidak perlu demikian. Ia tersenyum dan mengatakan Zaid berhak atas perlakuan yang lebih baik, bahkan seharusnya menasihati dirinya untuk segera melunasi pinjaman, termasuk membayar dalam jumlah lebih sebagai bentuk kompensasi atas sikap mengancam sahabatnya.
Dalam kejadian ini, Nabi Muhammad tidak menunjukkan sikap defensif. Bahkan, ia tidak akan pernah marah demi dirinya sendiri, melainkan hanya akan menjadi marah demi Allah SWT jika salah satu batasan telah dilanggar.