Eramuslim – Suatu hari, Nabi Ibrahim kedatangan tamu yang tidak dikenal. Para tamu itu mengucapkan salam. Meski tak mengenal mereka, Ibrahim pun menjawab salam mereka, “Salam untuk orang-orang yang tidak dikenal,” (Adz-Dzariat 51:25).
Pelajaran pertama adalah, lihatlah bagaimana komunikasi Ibrahim yang begitu santun dan menjawab salam, meski kepada orang yang tidak dikenalnya.
Para tamu pun dipersilakan masuk ke dalam rumah Nabi Ibrahim. Lalu Nabi Ibrahim, diam-diam pergi menemui keluarganya. Nabi Ibrahim pun kemudian membawa daging anak sapi yang gemuk. Dan mengatakan kepada mereka, “Silahkan anda makan’. (Adz-Dzariat 51:26-27).
Pelajaran kedua adalah, Nabi Ibrahim menghormati para tetamu dengan mempersilakan masuk ke rumahnya. Penghormatan yang lebih ia tunjukkan dengan memberikan jamuan yang terbaik. Daging anak sapi yang gemuk. Ini pasti nikmat sekali.
Ada hal yang tak terduga terjadi setelah Nabi Ibrahim mempersilakan makan kepada para tamunya. Tetamu itu tidak mau makan apa yang dihidangkan Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim tidak marah kepada para tamunya, namun ia merasa takut.
Siapakah gerangan tetamu yang datang kepadanya? Sebab, jika manusia biasa dihidangkan makanan selezat itu, dapat dipastikan langsung menyantapnya.
Para tamu itu sadar bahwa tuan rumah merasa ketakutan dengan kehadirannya. Lalu tamu itu mengatakan kepada Nabi Ibrahim. “Janganlah kamu takut.” Dan tamu itu pun mengatakan bahwa ia membawa kabar gembira dengan kelahiran seorang anak yang alim yaitu Ishak. (Adz-Dzariat 51:28).
Pelajaran yang ketiga adalah, dengan berbuat baik terhadap siapa pun, maka Allah akan membalasnya dengan kebaikan-kebaikan yang lebih besar dari apa yang dilakukan oleh manusia. Siapa yang masih meragukan kebaikan Nabi Ibrahim? Bahkan kepada yang tidak dikenalnya saja ia masih santun.