Bekerja Mencari Nafkah Bernilai Ibadah, Ini Syaratnya

Eramuslim – IBADAH banyak sekali bentuknya. Tak hanya sholat, membaca Alqurab maupun puasa, tersenyum kepada orang lain saja bisa bernilai ibadah. Lalu, amalan apa lagi yang bisa dinilai sebagai ibadah?

Ya, bekerja mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan sehari-hari adalah salah satu ibadah paling dicintai Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebab dalam Islam, sudah menjadi kewajiban seorang suami mencari nafkah dan menghidupi keluarganya.

Bekerja tidak hanya untuk menafkahi keluarga, dan membahagiakan orangtua namun pahal terbsera terletak pada keikhlasan yang kita jalani semata-mata untuk mengharap ridha Allah Ta’ala.

Pendakwah KH Usman Umar dalam program acara Kiswah, bercerita bahwa ada salah seorang sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bernama Huzaifah Ibnu Yaman. Ia bertanya soal arti keikhlasan baginda Nabi. Namun, beliau tidak menjawab seolah-olah beliau tidak mengerti pertanyaan Huzaifah.

Kemudian Rasulullah menanyakan ini kepada Malaikat Jibril, dan lagi-lagi Jibril juga tidak tahu jawabannya. Sampai akhirnya Jibril bertanya kepada Allah mengenai keikhlasan itu, dan Allah berkata: “Keikhlasan adalah rahasiaKu dari sekian banyak rahasia-rahasiaKu, yang Aku titipkan ke dalam hati hamba-hambaKu yang Aku cintai,”.

“Jadi kita disuruh beribadah sajalah sama Allah sebanyak-banyaknya, soal keikhlasan itu hak prerogatif enggak ada yang tahu,” ucap Kiai Usman, dikutip dari channel YouTube, Official iNews.

Sementara itu, Ketua Aswaja Center, KH Misbahul Munir mengatakan, berbakti kepada orangtua, menafkahi anak-istri serta membahagiakan keluarga merupakan perintah Allah dan Rasulullah. Seluruh perbuatan itu akan bernilai ibadah manakala diniatkan untuk menggapai ridha Allah Ta’ala.

“Jadi, kecintaan kepada anak istri kita, penghormatan dan pengabdian kepada kedua orangtua kita. Apakah itu dengan harta, budi pekerti yang baik, akhlak yang baik. Itu karena Allah, jadi bernilai ibadah,” ucap Kiai Misbah. (okz)