Para tabi’in itu demikian gigih menjaga keikhlasan dengan menjauhi popularitas. Maka mereka bersungguh-sungguh agar amalnya tak diketahui orang lain.
Hari ini, betapa senangnya kita dipuji. Betapa senangnya perbuatan baik kita diketahui orang lain. Bahkan dilihat-lihatkan, ditunjuk-tunjukkan.
Jika memperlihatkan dan menunjukkan kebaikan agar dipuji orang, itulah riya’. Dan adanya media sosial, memfasilitasi riya’ kita semakin mudah dilakukan.
Jarang qiyamul lail, begitu qiyamul lail sekali langsung dipamerkan. Jarang sedekah, begitu sedekah langsung dipamerkan.
Mengingatkan apa pernah dikhawatirkan oleh Fudhail bin Iyadh rahimahullah: “Kita pernah menjumpai orang-orang yang riya’ dengan amalnya. Namun sekarang, orang malah berbuat riya’ dengan apa yang tak dikerjakannya.” [Muchlisin BK/Kisahikmah]