Penafsiran lain berasal dari sahabat mulia ‘Abdullah bin ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhu, Imam Mujahid Rahimahullahu Ta’ala, dan beberapa ulama’ lain yang mengatakan, “Mereka menakut-nakuti orang-orang beriman yang datang kepada Nabi Syu’aib ‘Alaihis salam dengan maksud mengikuti ajarannya.”
Namun, Imam Ibnu Katsir memberikan keterangan, “Tetapi pendapat yang pertama lebih jelas, karena Firman Allah Ta’ala berbunyi ‘Di tiap-tiap jalan’ yang bermakna jalan.”
Ada keterkaitan yang sangat jelas dengan dua pendapat ini. Bahwa kaum Nabi Syu’aib ‘Alaihis salam memang secara khusus berprofesi sebagai tukang begal. Mereka menghadang siapa pun yang ditemui di jalan untuk dimintai hartanya.
Jika menolak menyerahkan harta, mereka mengancam dengan membunuhnya. Saat diketahui bahwa orang tersebut hendak melakukan perjalanan menuju Nabi Syu’aib ‘Alaihis salam untuk beriman kepada Allah Ta’ala, ancaman kaum Nabi Syu’aib pun semakin menjadi-jadi.
Mereka semakin bersemangat menyiksa, merampas harta, dan tidak segan-segan membunuh agar orang-orang tidak beriman kepada ajaran Nabi Syu’aib ‘Alaihis salam.
Alhamdulillah, kita tidak dihadapkan pada kondisi semacam ini. Kita bisa beriman kepada Allah Ta’ala dengan sangat mudah. Kita bisa beriman kepada Allah Ta’ala tanpa harus mempersembahkan nyawa.
Semoga iman kita bisa lebih kuat dan kokoh, minimal menyamai kekuatan dan kekokohan iman generasi pendahulu umat ini.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]