Eramuslim.com – Hidup di dunia memang sementara. Tetapi, kesementaraan ini menjadi parameter bagi kehidupan akhirat setelah kematian berlangsung. Akankah mendapatkan kebahagiaan sejati? Ataukah justru terjerumus dalam siksa yang perih, pedih, dan amat menyakitkan?
Akhirat adalah salah satu bentuk Mahaadilnya Allah Ta’ala. Dia akan memberikan balasan sebagaimana amal yang dilakukan seorang hamba. Kebaikan, ibadah, iman, takwa, taat; akan berbalas surga dengan seluruh kenikmatan di dalamnya. Sedangkan keburukan, maksiat, kafir, munafik, ingkar; hanya berhak menempati tempat terburuk di dasar neraka, lengkap dengan segala jenis siksa dan hidangannya.
Meyakini akhirat, sejatinya tak susah-susah amat. Tentunya, atas pertolongan Allah Ta’ala. Sebab, semua nash terkait hal itu amatlah pasti sebagaimana termaktub dalam al-Qur’an dan sunnah Nabi. Salah satu di antaranya, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan balasan bagi satu golongan yang tidak meyakini pertemuan dengan Allah Ta’ala untuk mempertanggungjawabkan amal perbuatannya semasa di dunia.
Kepada hamba ini di Hari Kiamat kelak, Allah Ta’ala berfirman, “Bukankah Aku telah menjadikan pendengaran, penglihatan, harta, dan anak bagimu?”
Firman-Nya lagi, “Bukankah Aku juga telah menundukkan hewan ternak dan sawah ladang untukkmu?”
“Bukankah,” lanjut Allah Ta’ala, “kamu Kubiarkan mempimpin dan mengambil seperempat (harta rampasan perang)?”