Eramuslim – SALAH satu sunah puasa adalah mengakhirkan sahur. Dalam pelaksanaannya, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan para sahabat beliau hanya mengambil jarak sekira lima puluh ayat menjelang subuh. Praktis, generasi pertama umat Islam tersebut tidak tidur setelah sahur.
Bertolak belakang dengan sunah mulia ini, di zaman sekarang banyak muslim yang tidur setelah sahur. Akibatnya, terkadang ketinggalan jemaah salat subuh dan kehilangan berkah waktu pagi.
Selain itu, ternyata tidur setelah sahur juga berbahaya bagi secara medis. Bagaimana penjelasannya?
Setelah mengkonsumsi makanan (termasuk sahur), sistem pencernaan memerlukan beberapa waktu untuk mencerna dan menyerap nutrisi yang ada di dalam makanan tersebut. Ketika seseorang tidur setelah makan (sahur), apalagi dalam posisi terlentang, pencernaan menjadi melambat atau sulit bekerja. Akibatnya, timbullah nyeri di ulu hati dan panas yang menyebar ke dada dan tenggorokan karena meningkatnya asam lambung.
Selain itu, tidur setelah sahur juga bisa memicu terjadinya refluks. Yakni makanan berbalik dari lambung ke kerongkongan. Semakin pendek jarak waktu makan (sahur) dan tidur, kemungkinan terjadinya refluks makin besar. Karena variabel penentu refluks ada dua yakni makanan yang belum dicerna dan terpengaruh gravitasi saat tidur.