Eramuslim.com – Malam itu, rumah Rasulullah dikepung. Sejumlah pemuda perkasa utusan tiap kabilah telah siap dengan pedangnya. Mereka ditugaskan membunuh Rasulullah atas keputusan parlemen Darun Nadwah.
Rencananya, mereka akan menyergap dini hari saat Rasulullah keluar rumah untuk beribadah. Menurut kalkulasi Darun Nadwah, Bani Hasyim tidak akan bisa menuntut balas karena pembunuhnya banyak dan berasal dari seluruh kabilah. Mereka hanya bisa pasrah menerima diyat atau uang tebusan atas kematian Muhammad.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah diberitahu Allah bahwa rumahnya dikepung. Ia meminta Ali untuk tidur di pembaringannya. Menyamar dengan memakai selimut beliau.
Di tengah pengepungan seperti itu, atas petunjuk Allah, Rasulullah mengambil tanah. Beliau membaca Surat Yasin ayat 9:
وَجَعَلۡنَا مِنۡۢ بَيۡنِ اَيۡدِيۡهِمۡ سَدًّا وَّمِنۡ خَلۡفِهِمۡ سَدًّا فَاَغۡشَيۡنٰهُمۡ فَهُمۡ لَا يُبۡصِرُوۡنَ
“Dan Kami jadikan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka juga dinding, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.” (QS. Yasin: 9)
Sambil keluar rumah, Rasulullah menaburkan tanah ke kepala para pengepung itu. Rasulullah dengan mudah melewati mereka tanpa seorang pun melihatnya.
Ketika pagi tiba, mereka terhenyak karena belum juga kelihatan Rasulullah keluar. Ada keheranan mengapa banyak debu di kepala mereka. Belum terjawab keheranan itu, mereka bergegas masuk ke rumah Rasulullah dan mengepung sosok laki-laki di atas pembaringan.
Betapa terkejutnya mereka, pemuda itu adalah Ali. Bukan Rasulullah.
“Bunuh saja dia,” kata salah seorang kafir Quraisy yang jengkel hanya bisa mendapati Ali.