Namun ‘keterlambatan’ masuk Islam itu segera dikejarnya dengan memperbanyak ibadah dan amal shalih. Dua di antara keunggulan Amr bin Jamh adalah sifatnya yang dermawan dan kesungguhannya dalam mujahadah.
Setiap kali ada orang yang datang kepadanya meminta bantuan, ia bantu. Setiap kali ada orang yang menemuinya dan meminta pertolongan, ia tolong. Setiap kali ada orang yang meminta sedekah, ia beri. Setiap kali ada yang membutuhkan santunan, ia santuni.
“Ambillah ini, besok aku akan mendapatkannya lagi,” demikian kalimat Amr bin Jamuh yang terkenal. Ia sangat dermawan memberikan bantuan kepada orang lain. Dan segera Allah memberinya rezeki sehingga ia mendapatkan harta sebanyak itu. Bahkan lebih banyak lagi.
Sungguh bukti nyata atas sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ
“Tidaklah sedekah itu mengurangi harta.” (HR. Muslim)
Amr ibn Jamuh sebenarnya memiliki keterbatasan fisik. Salah satu betisnya cacat sejak lahir, sehingga ia tidak bisa berjalan cepat. Ia pincang.
Namun itu tak menjadi penghalang bagi kesungguhannya untuk membela Islam. Mendengar ada mobilisasi mujahidin ke Badar, ia mendaftarkan diri. Sayangnya, kaumnya menghalangi. Rasulullah juga tidak mengijinkan karena keterbatasan fisiknya.
Amr bin Jamuh Bergerak Cepat Masuk Surga
Ketika datang seruan jihad ke medan Uhud, Amr bin Jamuh tak mau dihalangi lagi. “Kalian telah melarangku ke perang badar, kali ini tak ada seorang pun yang boleh menghalangiku ke medan jihad.”
“Sesungguhnya Allah memberimu izin untuk tidak pergi berperang,” kata kaumnya membujuk agar ia tidak ikut.
Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang, Amr ibn Jamuh mengadu. “Wahai Rasulullah, kaumku berusaha menahanku agar tidak berjihad bersamamu. Demi Allah, aku sangat berharap bisa menjejakkan kaki pincangku ini di surga.”
“Sesungguhnya Allah telah memaklumimu dan kau tidak wajib berjihad,” sabda Rasulullah kepada Amr bin Jamuh. Kemudian beliau berpaling kepada kaum Bani Salamah dan bersabda, “Kalian tidak berdosa jika tidak dapat mencegahnya. Semoga Allah menganugerahinya kesyahidan.”
Mendengar sabda Rasulullah itu, Amr ibn Jamuh senang bukan kepalang. Rasulullah tidak melarangnya ikut perang Uhud. Bahkan mendoakannya syahid.
Ia lantas segera bergegas. Menyiapkan perbekalannya lalu berangkat bersama pasukan Madinah ke medan Uhud. Dengan penuh kesungguhan ia berdoa, “Ya Allah, karuniakanlah kesyahidan kepadaku. Jangan Engkau kembalikan aku kepada keluargaku dalam keadaan sia-sia.”
Perang Uhud berkecamuk hebat. Awalnya kaum muslimin menang, namun kemudian keadaan berbalik. Banyak sahabat Nabi yang syahid. Salah satunya adalah Amr bin Jamuh.
Saat Hindun datang melihat jenazah suaminya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Demi Dzat yang menguasai jiwaku, sungguh aku telah melihatnya menjejakkan kaki pincangnya di surga.”
Subhanallah.. Allaahu akbar! Amr bin Jamuh yang kakinya cacat, ia justru masuk surga dengan cepat. Di saat masih banyak sahabat yang masuk Islamnya lebih awal darinya, ia telah mendapat kabar gembira dari Rasulullah. Masuk surga dengan kaki pincangnya. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]