Peristiwa yang melatarbelakangi turunnya ayat-ayat awal QS Abasa, menyiratkan pula sebuah pesan, bahwa di hadapan Allah semua manusia itu sama, yang membedakan hanyalah derajat keimanan dan ketakwaannya kepada Allah (QS al-Hujuraat [49]: 13). Karena itu, perlakuan yang diberikan tidak layak dibeda-bedakan, terlebih atas dasar status sosial dan kekayaan. Di sinilah sifat Islam yang egalitarian terlihat jelas. Sebuah prinsip yang telah menginspirasi lahirnya ide-ide besar dalam sejarah.
Kita simak ungkapan jujur dari Robert Briffault, seorang penulis Inggris, terkait hal ini, “Ide kebebasan bagi semua umat manusia, ide persaudaraan antarumat manusia, ide persamaan antarsemua manusia terhadap hukum dan pemerintahan yang demokratis, ide-ide yang mengilhami Revolusi Prancis dan Deklarasi Hak-Hak Asasi Manusia… bukanlah ciptaan Barat. Ide-ide itu mendapatkan ilham dan sumber utama dari kitab suci Alquran.
Tiada manusia yang paling egaliter, paling menghargai manusia lain, selain Rasulullah SAW. Manusia yang dijuluki Alquran berjalan. Sedikit saja beliau bersikap “menyimpang”, Dzat Pemilik Semesta langsung meluruskan. Akhlak beliau pun jadi makin cemerlang. (Rol)