Allah Mudahkan Orang Ini Menuju Kesesatan

Eramuslim.com – Hidayah merupakan kekuasaan Allah Ta’ala. Tidak seorang pun bisa memberikan hidayah kepada siapa pun yang dicintainya. Tidak pula ada yang mampu menolak jika Allah Ta’ala Berkehendak memberikannya kepada siapa yang Dikehendaki-Nya. Benar-benar mutlak kuasa-Nya. Tiada yang mampu menolaknya.

Namun, hidayah harus diupayakan. Sebab Allah Ta’ala memberikan kehendak kepada kita untuk bertindak sesuai dengan kaidah-kaidah kebenaran yang berlaku. Dia telah anugerahkan kita potensi fisik, pikiran, dan ruh untuk bertindak, untuk melakukan amal.

Mengupayakan hidayah juga bagian dari usaha. Ialah satu di antara sekian banyak jenis taqdir Allah Ta’ala. Sebagaiaman Dia sebutkan, “Sungguh Allah tidak akan mengubah nasib seseorang, kecuali jika mereka mengubah dirinya sendiri.”

Karenanya, mengupayakan kebaikan itu harus. Mendatangi kebaikan dan jalan-jalan hidayah merupakan keniscayaan. Bergabung, mendukung, dan mencintai kebenaran adalah keharusan. Sebab hidayah tak ubahnya rezeki; harus dijemput. Bahkan menjemput hidayah harus jauh lebih sungguh-sungguh dari menjemput rezeki berupa materi.

Sebagai kesatuan, hendaknya kita juga bersungguh-sungguh dalam menjauhi semua jenis kesia-siaan, keburukan, dan kesesatan dalam semua maknanya. Sebab tidaklah sempurna iman manakala seseorang masih melakukan kebaikan yang diselingi dengan keburukan. Apalagi, kebaikan dan keburukan adalah dua hal yang mustahil bersatu dalam wadah yang sama.

Di sini, kita harus bebanr-benar waspada atas segala niat dan rencana yang kita galang. Harus terus mengawasi diri agar tidak terjerumus dalam kesia-siaan, dosa, dan kesestan. Pun jika yang dilakukan adalah kebaikan.

Pasalnya, Allah Ta’ala berfirman, “Sesunguhnya Rabbmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang orang yang tersesat dari jalan-Nya.”

“Maka,” tutur Imam Ibnu katsir menafsirkan ayat 117 surat al-An’am ini, “Dia memudahkan orang tersebut ke arah kesesatan.”

‘Orang tersebut’ dalam ayat ini merujuk kepada sebagian besar manusia yang menuruti persangkaan dusta dan bathil. Mereka enggan mengikuti kebenaran lantaran menuruti hawa nafsu. Mereka enggan menikmati hidangan hidayah lantaran menyukai gelimang maksiat dan dosa.

Kondisi inilah yang harus senantiasa kita waspadai. Sebab ada begitu banyak orang yang terjerumus dalam keburukan dan kesatan, bermula dari niat yang keliru ketika melakukan kebaikan.

Semoga kita masuk dalam kategori yang disebutkan dalam kelanjutan surat al-An’am [6] ayat 117 ini, “Dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mendapatkan petunjuk.”

“Allah Ta’ala pun memudahkan mereka kepada petunjuk. Dan setiap orang dimudahkan sesuai dengan yang ditakdirkan untuknya.” pungas Imam Ibnu katsir dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Azhiim.

Ya Allah, takdirkan kami senantiasa dalam hidayah-Mu hingga akhir hayat. Aamiin.

Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]