Al Muraisi dan Fitnah Kaum Musyrikin

Rasululullah sengaja mengajak pasukannya berjalan agar pasukannya bisa melupakan kejadian itu. Beliau mengajak pasukannya berjalan kaki selama dua hari dua malam hingga pasukannya kelelahan dan mengantuk.

Abdullah bin Ubay sendiri setelah tahu bahwa perbuatannya diketahui Rasulullah buru-buru menemui Rasulullah dan bersumpah tidak lagi berbuat seperti itu. Berkenaan dengan peristiwa ini, Allah menurunkan ayat suci dalam QS Al-Munafikun ayat 1-8.

Seperti diketahui, Abdullah bin Ubay sebelumnya memang sangat mendendam terhadap Islam dan orang-orang Muslim, terlebih terhadap Rasulullah. Dia menganggap Rasulullah telah merampas kekuasaan yang sudah ada di tangannya.

 

Hal ini karena sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah, Aus dan Khazraj sudah sepakat mengangkatnya sebagai pemimpin dan telah membuatkan mahkota bagi dirinya. Sekalipun telah menyatakan masuk Islam setelah perang Badr, tetap saja dia menjadi musuh Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang Mukmin.

Selain peristiwa itu, setelah perang singkat tersebut kaum munafik juga menyebarkan berita bohong mengenai Aisyah RA, istri Rasulullah SAW. Dalam peperangan dengan Bani Mushtaliq ini, Rasulullah memang didampingi oleh beliau.

Dalam perjalanan kembali ke Madinah setelah peperangan, Aisyah merasa kalungnya hilang. Ketika rombongan pasukan Rasulullah berhenti beristirahat, Aisyah keluar dari tandu mencari kalung tersebut. Ketika pasukan Rasulullah kembali bergerak, pengangkat tandu tidak tahu bahwa Aisyah belum kembali ke tandu.

Mengetahui telah tertinggal rombongan, Aisyah duduk di jalan yang menuju Madinah menunggu rombongan itu kembali menjemputnya. Kebetulan, pada saat itu seorang sahabat Nabi, Shafwan Ibnu Mu’aththal, melintas di jalan dan menemukan Aisyah sedang tertidur sendiri. “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, isteri Rasul!”. Aisyah pun terbangun, lalu dipersilahkan oleh Shafwan untuk mengendarai untanya. Syafwan berjalan menuntun unta sampai mereka tiba di Madinah.

Kejadian itu akhirnya menimbulkan desas-desus yang dimanfaatkan kaum munafik untuk menghancurkan nama baik isteri Rasulullah SAW. Dalam kejadian ini, Allah kemudian berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu, bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu, baginya azab yang besar.” (An-Nur ayat 11)

Rasulullah menghadapi semua itu dengan sabar dan lemah lembut, sementara orang-orang Muslim sudah tidak tahan dengan kejahatan orang-orang munafik, sebab mereka sudah tahu persis kelicikan mereka dari waktu ke waktu. Sebagaimana Allah berfirman,  “Tidaklah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun. Namun, mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran.” (At-Taubah ayat 126). (rol)