“Mereka,” jelas Sayyid Quthb, “meremehkan urusan akidah dan hakikat iman, lalu menjadikannya sebagai bahan pelecehan dan permainan.” Padahal, urusan akidah dan iman adalah yang utama dan harus diutamakan di atas persolan selainnya.
Mendustakan Hari Pembalasan
“Dan adalah,” aku para penghuni neraka dalam surat al-Mudatstsir [74] ayat 46menyebutkan sebab keempat dijerumuskannya mereka ke neraka, “kami mendustakan Hari Pembalasan.”
Sayyid Quthb menjelaskan sebab keempat ini sebagai sebab utama dari tiga sebab sebelumnya. Mendustakan Hari Pembalasan menjadi sebab terjadinya berbagai jenis kerusakan. “Orang yang mendustakan Hari Pembalasan niscaya rusaklah semua timbangan, goncanglah tata nilai menurut ukurannya, dan sempitlah lapangan kehidupan dalam perasannya.”
Orang yang mengingkari Hari Pembalasan, hidupnya akan melampaui batas. Dalam pikiran pendeknya, dunia ini selama. Mereka memanfaatkan semua yang didapatkan untuk kesenangan sementara, sebab tak pernah berpikir akan adanya kehidupan setelah kematiannya di dunia ini. Karena tidak memiliki bekal dalam kehidupan akhirat itulah, mereka dijebloskan ke dalam neraka.
Tidak Bertaubat
Semakin lengkap ketika empat sebab terjerumusnya seseorang ke dalam neraka itu dilakukan hingga ajal menyapa. Mereka hidup dalam lalai dan tidak sempat bertaubat kepada Allah Ta’ala. Padahal Dia Maha Menerima Taubat. Dia Maha Pengampun atas dosa-dosa yang dikerjakan oleh hamba-hamba-Nya.
“Hingga datang kepada kami kematian.” (Qs. al-Mudatstsir [74]: 47)
“Kematian yang memutuskan segala ragu dan memungkasi semua bimbang, memutuskan urusan dengan tidak bisa ditolak lagi dan tidak meninggalkan kesempatan untuk melakukan penyesalan, bertaubat, dan melakukan amal shalih.”
Terputuslah semuanya. Tiada yang bisa diulang. Sesal hanyalah sedih. Mustahil untuk kembali. Bahkan untuk diundur sedetik pun tak akan pernah biasa.
Ya Allah, hindarkanlah kami dari kelima sebab terjerumusnya seseorang ke dalam neraka di saat sebab-sebab ini amat banyak diminati, disesaki, dijejali, dan dilakukan oleh banyak orang di antara kami. Aamin.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]