Saat melihat kepongahan Namrud itu, Nabi Ibrahim berkata lantang, “Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur,” tantang Ibrahim, “maka terbitkanlah matahari dari barat.”
Ibrahim hendak menegaskan, bahwa yang bisa menghidupkan dan mematikan hanyalah Zat yang mengatur segala kehidupan berikut seluruh tata surya, meliputi planet dan benda-benda langit lainnya.
Maka, jika Namrud mampu menghidupkan dan mematikan, seharusnya ia bisa mengubah terbitnya matahari.
Tutur Ibnu Katsir menjelaskan, “Ketika Namrud mengetahui ketidakmampuannya, bahwa ia tak mampu berbuat apa-apa dengan kesombongan itu; ia pun tercengang, membisu, dan tak kuasa berbicara sepatah kata pun.”
Apa yang dikatakan oleh Nabi Ibrahim sehingga Namrud tak berkutik adalah wahyu Allah Ta’ala. Bahwa yang membisikkan kesombongan ke dalam diri Namrud adalah setan atas Kuasa-Nya. Maka Dia Maha Mengetahui hujjah paling ampuh untuk mematahkan argumen Namrud yang congkak itu.
Bagi Namrud yang pernah mengatakan, “Aku tidak mengetahui Tuhan bagi kalian selain diriku” (al-Qashah [28]: 38), pungkas Ibnu Katsir mengakhiri tafsir surat al-Baqarah ayat 258 ini, “Mereka layak mendapatkan kemurkaan dan siksaan yang pedih.”
Dalam perjalanan dakwah berikutnya, Nabi Ibrahim kembali berhadapan dalam debat dengan Namrud yang berakhir dengan dijebloskannya bapak para nabi ini ke dalam lautan api. [Pirman/kisahikmah]