Eramuslim – Keluarga besar KH Asfanudin, pendiri Pondok Pesantren Al Ihsaan Kadugede, Kuningan, Jawa Barat, masih menyimpan tiga buah kitab tulis tangan karya langsung Kiai Asfanudin.
Kitab-kitab itu masih bisa terbaca meski beberapa sisi-sisi tampak bolong dan rusak. Kitab karya Kiai Asfanudin itu terbuat dari kertas kulit. Pada beberapa bab, terdapat penjelasan-penjelasan yang ditulis langsung KH Asfanudin dengan tulisan Jawa Pegon.
“Yang ada kitab peninggalan Mbah Asfanudin hanya ini, isinya banyak campuran ada hadis, fikih, tauhid,” kata Kiai cicit dari KH Asfanudin saat berbincang dengan Republika, Selasa (30/7).
Menurut Kiai Mansur, kitab itu ditulis pada tahun yang sama setelah KH Asfanudin mendirikan Pesantren Al Ihsaan Kadugede yakni sekitar tahun 1830. Terdapat satu kitab yang membahas tentang fikih hingga hadis.
Namun ada juga kitab yang membahas khusus tentang tafsir Jalalain. Menurut Kiai Mansur adanya kitab-kitab tulisan tangan itu menunjukkan Kiai Asfanudin tak hanya piawai dalam berdakwah melalui lisan. Kiai Asfanudin mampu merangkum keilmuan yang dipelajarinya melalui kitab-kitab yang ditulisnya.
Kiai Asfanudin juga dikenal sebagai pengamal Tarekat Syattariyah. Bahkan Kiai Asfanudin memiliki garis keturunan yang menyambung pada Syekh Abdul Muhyi Pamijahan yang merupakan salah satu ulama Tarekat Syattariyah. Sebab itu pula, menurut Kiai Mansur, Kiai Asfanudin selalu menekankan pada keturunan dan santrinya untuk menjaga akhlak dan senantiasa melantunkan zikir setiap saat.
Kiai Mansur menjabarkan salah satu ajaran Kiai Asfanudin yakni agar melafalkan zikir saat minum. “Jadi minum itu dibagi dalam tiga tegukan, pertama bismillah, kedua lailahaillah, dan ketika alhamdulillah. Itu diajarkan pada semua santri,” katanya. (rol)