Mengikuti hawa nafsu menjadi sumber keburukan karena menjadi sebab utama terhalangnya seorang hamba dari berbagai jenis kebaikan. lantaran bisikan hawa nafsu, hal-hal yang buruk terlihat sangat baik dan amal-amal shalih terlihat sebagai suatu perbuatan yang buruk sehingga harus dihindari.
Lantaran tertutup hawa nafsu, shalat tergambarkan buruk karena buang-buang waktu, menghambat waktu kerja, dan alasan lainnya. Membaca al-Qur’an juga dibilang tidak sesuai dengan zaman, membuang peluang mendapatkan pekerjaan, dan lain sebagainya. Begitupun dengan amal-amal shalih lainnya.
Sebaliknya, zina terlihat nikmat dan asyik, minuman keras dan obat-obatan tergambar sebagai nikmat, penambah inspirasi, penghilang stres, dan seterusnya. Hawa nafsu, disebutkan dalam sebuah kisah tak ubahnya rantai yang dibelenggukan oleh setan di leher setiap manusia hingga amat sukar melepaskan diri darinya.
Sedangkan panjangnya angan-angan membuat seorang hamba lalai dari akhirat yang pasti dan fokus pada dunia yang sementara. Dia mengejar dunia yang pasti pergi sekaligus berlari dari akhirat yang pasti mendatangi. Dia mengupayakan kehidupan yang amat sementara dan pasti rusak sekaligus melupakan kehidupan yang abadi dan seharusnya dibangun serta disiapkan dengan sebaik-baiknya.
Dengan demikian, dua hal ini harus dihindari jika seorang hamba mendambakan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sebagaimana diingatkan oleh Allah Ta’ala, “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).” (Qs. an-Nazi’at [79]: 40-41)
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]