Betapa galaunya sang Nabi. Galau karena iman. Sebab ia tak mau mengarang jawaban. Ia hanya seorang penyampai. Sehingga kejujurannya mendorong dirinya untuk menahan diri dengan tidak menyampaikan jawaban yang bersifat kisah sesuai versinya.
Namun orang Quraisy seperti menemukan celah dan sasaran yang sangat empuk. Ketidaktepatan Nabi dalam soalan waktu merupakan cacat sempurna dalam penilaian orang-orang yang menolak beriman itu.
Caci-maki, hinaan, bullyan, dan semua lontaran kebencian kian santer dialamatkan kepada Nabi yang mulia. Predikat jujur yang selama ini tersemat indah dan kuat di dalam diri Nabi pun kian diguncang. Perlahan.
Hingga di hari keenam belas, Jibril kembali mendatangi Nabi yang mulia untuk menyampaikan Kalam dari Tuhan semesta alam.
Jibril hadir membawa jawaban atas tiga persoalan yang diajukan oleh kafir Quraisy kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Tentang tujuh pemuda beriman yang masyhur dengan julukan Ashhabul Kahfi dan lelaki pengelana dari arah terbit ke arah terbenamnya mentari-Zulkarnain-disebutkan dalam Surat Al-Kahfi. Sedangkan rahasia ruh disajikan dalam Surat Al-Isra’ ayat 58.
Kisah inilah yang melatarbelakangi atau menjadi sebab turunnya surat Al-Kahfi. Surat ke-18 yang 71 ayatnya bertutur tentang kisah-kisah penggerak jiwa. [Kisahikmah]