Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Maaf Pak ustadz, saya ingin tanya karena merasa heran aja gitu loh…
Apakah saya salah bila saya beranggapan bahwa Batu Hitam itu hanyalah sebuah meteorid, karena dijaman Nabi tentu saja beliau tidak mengetahui apa itu meteorid, kan beliau -maaf- bukan orang terpelajar…
Kenapa kok kalo kita mencium Batu Hitam tersebut adalah dibolehkan, sementara kalo kita mencium batu di Indonesia dikatakan musyrik. Kan sama-sama batu nya.
Terima kasih sebelumnya.
Wassalamu ‘alaikum
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Rasulullah SAW memang bukan orang pernah duduk di bangku sekolah, tetapi bukan berarti Rasulullah SAW bodoh. Sebab dia berguru langsung kepada Tuhan semesta alam. Jadi kalau anda katakan beliau itu bodoh, rasanya kurang tepat.
Beliau justru orang paling pandai di dunia, untuk ukuran orang di zamannya bahkan untuk ukuran orang di zaman sekarang ini. Beliau tahu banyak hal, meski bukan berarti boleh digolongkan sebagai scientis. Sebab tugas beliau yang utama memang bukan untuk jadi ilmuwan, melainkan menjadi nabi atau utusan Allah.
Kalau pun beliau tidak bisa baca dan tulis, itu masalah yang sederhana. Buat apa bisa baca tulis kalau kitab literaturnya tidak tersedia? Sebab di negeri Arab saat itu memang tidak tersedia perpustakaan besar.
Seandainya beliau bisa baca tulis dan punya ratusan perpustakaan, lantas buat apa kalau dia bisa langsung tanya kepada Allah SWT?
Bayangkan kehidupan fiksi ilmiyah film Startrek, di sana kita tidak butuh buku, karena apa pun yang kita tidak tahu, kita bisa tanya kepada komputer. Cukup dengan suara, tanpa harus mengetikkan apa pun. Dan komputer canggih di abad 24 itu akan menjawab apapun yang kita tanyakan.
Padahal komputer itu cuma buatan manusia, yang punya kemampuan menyimpan jutan Terra byte data dari seluruh ilmu manusia.
Sementara ilmu Allah jauh lebih luas, digambarkan seandainya pohon-pohon di dunia ini dijadikan pena dan lautan dijadikan tintanya, maka sudah habis tinta itu, ilmu Allah belum selesai ditulis.
Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu." (QS. Al-Kahfi: 109)
Nah, kalau ada seseorang yang punya fasilitas bisa mengakses langsung kepada Allah SWT dan ilmunya, apakah kita boleh mengatakan orang itu bodoh? Bahkan meski orang itu tidak bisa baca tulis, tetap saja dia orang paling pintar dan paling banyak ilmunya di dunia ini.
Hajar Aswad Bukan Meteorit
Kalau dikatakan bahwa hajar aswad itu meteorit, sebenarnya agak kurang tepat juga. Sebab yang namanya meteorit itu pecahan benda-benda angkasa yang tertarik oleh gravitasi bumi. Padahal dalam riwayat resmi versi Allah SWT, batu hitam itu didatangkan dari surga. Dan surga bukan angkasa di sekitar bumi. Juga bukan nyasar dan terpengaruh gravitasi bumi, sebagaimana batu meteorit lainnya.
Dalam salah satu sabdanya, Rasulullah SAW bersabda, "Hajar Aswad itu diturunkan dari surga, warnanya lebih putih daripada susu, dan dosa-dosa anak cucu Adamlah yang menjadikannya hitam. (Jami al-Tirmidzi al-Hajj (877), derajat hadis Hasan Shahih).
Jadi Rasulullah SAW jauh lebih tahu urusan hajar aswad ketimbang kita, yang hanya dengar-dengar saja lalu mengatakannya sebagai meteorit. Bukan, hajar aswad bukan sekedar meteorit melainkan batu yang asalnya dari surga nun jauh di sana.
Kenapa Kita Mencium Hajar Aswad
Para orientalis kafir yang sejak awal memang dengki kepada umat Islam, selalu menuduh umat Islam ambigu. Kata mereka, umat Islam di satu sisi tidak mau menyembah berhala, tapi disisi lain malah menyembah hajar aswad dan ka’bah.
Ini bukti bahwa ilmu para orientalis itu sangat dangkal dan sama sekali tidak tahu sejarah Arab. Padahal sejarah sudah sangat jelas menunjukkan bahwa orang Arab sejak dahulu tidak pernah menyembah hajar aswad, apalagi ka’bah. Tidak pernah ada satu pun literatur yang menyebutkan bahwa bangsa arab pernah melakukannya.
Bangsa Arab di masa paganismenya menyembah 360 berhala yang diletakkan di dalam dan di sekeliling ka’bah. Tapi tidak pernah menyembah ka’bah. Demikian juga, mereka tidak pernah menyembah batu hitam (hajar aswad). Yang mereka sembah itu patung yang diukir dan dibuat membentuk dewa-dewa. Tapi mereka tidak pernah menyembah batu sebagai bahan dasar pembuatan patung.
Makanya tanpa harus diajari lagi, orang Arab yang kemudian masuk Islam pun sudah tahu posisi mereka terhadap hajar aswab. Mereka tidak menyembahnya. Bahkan Umar bin Al-Khattab kita kenal dengan ungkapannya yang abadi:
"Sesungguhnya aku tahu bahwa engkau adalah batu yang tidak membahayakan, dan tidak pula dapat memberi manfaat. Seandainya aku tidak melihat Rasulullaah s.a.w. menciummu, maka sekali-kali aku tidak akan menciummu." (H.R. Bukhari).
Rasulullah SAW mencium hajar aswad karena batu itu mulia dan berasal dari surga. TApi bukan karena kita diajarkan untuk menyembah batu itu.
Dari Ibn Abbas bahwa Nabi Muhammad s.a.w. tidak melambaikan tangan (menyalami) kecuali kepada Hajar Aswad dan Rukun Yamani.
Hajar Aswad Sekarang
Hajar Aswad merupakan sebuah batu yang tertanam di pojok Selatan Kabah pada ketinggian sekira 1, 10 meter dari tanah. Panjangnya sekira 25 sentimeter dan lebarnya sekira 17 sentimeter.
Awalnya Hajar Aswad adalah satu bongkah batu saja, tetapi sekarang berkeping-keping menjadi 8 gugusan batu-batu kecil karena pernah pecah. Hal ini terjadi pada zaman Qaramithah yaitu sekte dari Syiah Ismailiyyah al-Baatiniyyah dari pengikut Abu Thahir al-Qarmathi yang mencabut Hajar Aswad dan membawanya ke Ihsaa pada tahun 319 H, tetapi kemudian dikembalikan lagi pada 339 H.
Gugusan terbesar seukuran satu buah kurma, dan tertanam di batu besar lain yang dikelilingi oleh ikatan perak. Inilah batu yang kita dianjurkan untuk mencium dan menyalaminya.
Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc